Ruwat Bumi Dipadukan dengan Pariwisata
Warga Desa Depok Kepungan di Kedawung River Tubing, kemarin. DARNO/RADARMAS BANJARNEGARA - Suran kembali digelar oleh warga Desa Depok Kecamatan Bawang. Agenda budaya yang dipadu dengan wisata ini berlangsung dari tanggal 30 September sampai 2 Oktober 2018. Kegiatan dimulai dengan ziarah kubur, Minggu (30/9). Kemudian dilanjutkan dengan Gebas dan Sholawat Jawa pada hari kedua. Sedangkan pada hari ketiga merupakan puncak acara. Kepala Desa Depok Kecamatan Bawang Subadrin mengatakan Suran ini merupakan tradisi yang sudah turun-temurun sejak zaman dahulu. Menurut dia, Desa Depok memiliki kekayaan tradisi yang berlangsung sejak zaman Mataram. Tradisi ini masih terus dipertahankan hingga kini. Saat ini, tradisi ini dipadukan dengan pariwisata. Mengingat desa tersebut tengah berupaya memajujan sektor wisata. Pada hari ketiga ini digelar berbagai kegiatan. Antara lain Jagal dan Pendem Ndas Wedhus, Boyong Buju, Olah-olah Pawon, Enggreng, Ujungan, Ruwat Bumi, Kepungan dan Wayang Kulit. Sebelum dikepung, Buju digrujug dengan air kuah Olah-olah Pawon. Menurut dia, Pendem Ndas Wedhus ini merupakan simbol memendam kejelekan. Dari kepala timbul pemikiran negatif, perkataan tidak enak, pandangan serta pendengaran yang tidak baik. Setelah kepala dipendem, diharapkan muncul hal-hal positif. "Jangan disalahartikan," tandasnya. Sementara Boyong Buju adalah memindahkan Buju dari empat penjuru mata angin. Simbol bahwa agama, adat, budaya dan tradisi berjalan beriringan. Subadrin mengatakan sejak zaman Mataram, di Depok dikenal Ujungan. Saking kerasnya pertandingan, rotan yang digunakan untuk adu pukul sampai hancur. Dia mengatakan pada zaman dahulu, Ujungan di Depok memang mencari Jawara yang akan menjaga keamanan dan kewibawaan pemerintah desa.(drn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: