Dua Lansia di Banjarnegara Tinggal di Rumah Tak Layak Huni

Dua Lansia di Banjarnegara Tinggal di Rumah Tak Layak Huni

BANJARNEGARA - Di usia senjanya, Sarkwai hidup dalam kemiskinan. Sarkawi menempati rumah yang lebih mirip gubug. Tempat tinggal Sarkawi terdiri dari dua bagian. dua-lansia-tinggal-di-gubuk Bagian depan berupa tembok yang sudah dibangun lama. Namun bagian depannya ini tidak bisa ditempati. Sebab tidak ada atapnya sama sekali, sehingga tidak terlindung dari hujan dan terik matahari. Oleh karena itu, Sarkawi dan adiknya, Tasem, tinggal di bagian belakang. Bagian belakang rumah berukuran sekitar 4 x 5 meter yang lebih mirip gubug. Tidak nampak perabot layaknya rumah pada umumnya. Yang nampak hanya tumpukan barang bekas dalam kandi. Sarkawi mengatakan, dia bukannya malas bekerja. Namun tubuh rentanya sudah tidak memungkinkannya bekerja keras. Apalagi dia mengalami katarak akut, sehingga nyaris buta. Sarkawi sebenarnya memiliki anak dan saudara tak jauh dari rumahnya. Namun dia tidak mau menumpang atau merepotkan orang lain, sehingga memilih tinggal di rumah yang kondisinya seadanya. Bila rumah bagian depan tidak beratap, pada salah satu sisi rumah belakangnya tidak tertutup pagar. Sehingga tidak terlindung jika hujan disertai angin kencang. "Tidak terlalu dingin. Karena sudah terbiasa," kata dia. Gubuk sederhana yang ditempati kedua lansia tersebut memiliki dua bilik. Masing-masing memiliki temmpat tidur yang sangat sederhana. Tasem mengatakan, meski hidup terbatas, tidak mau mengeluh. "Saya bekerja sebagai pengupas bawang. Saya tidak mau menjadi beban bagi orang lain," kata dia. Dari pekerjaannya ini, dia dibayar Rp 10 ribu per hari. Meski sedikit, uang tersebut digunakan untuk biaya hidup dia dan kakaknya. Relawan Gerak Sedekah Banjarneghara (GSB), Tarso merasa prihatin dengan kondisi kedua lansia tersebut. Dengan donasi dari Buruh Migran Indonesia (BMI) dan warga Banjarnegara yang peduli, GSB berupaya memperbaiki rumah mereka. (drn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: