Defany Ruliana dari SMK Al Fatah Banjarnegara, Ubah Bungkus Kopi jadi Tas Berkelas

Defany Ruliana dari SMK Al Fatah Banjarnegara, Ubah Bungkus Kopi jadi Tas Berkelas

BANJARNEGARA - Beberapa dompet dan tas nampak berjejer ditampilkan saat pameran produk SMA/SMK di kabupaten Banjarnegara. Sepintas, tas dan dompet yang dipamerkan selama dua hari, (10-11/11) di gedung Dekranasda tidak ada bedanya dengan tas yang dijual di toko-toko. Namun, ternyata justru terbuat dari bekas bungkus kopi. kreatif-siswa-smk-al-fatah-banjarnegara-menunjukkan-hasil-karyanya-dari-barang-bekas Ya, tas unik yang memanfaatkan barang bekas berupa bungkus kopi ini merupakan hasil kreativitas siswa SMK Al Fatah Banjarnegara. Defany Ruliana, pembuat tas unik tersebut menuturkan jika ide pembuatan tas ini bermula keprihatinannya terhadap lingkungan. Sebab menurutnya, selama ini banyak bungkus kopi yang tercecer sehingga membuat pencemaran lingkungan. “Banyak yang masih belum sadar akan kebersihan lingkungan,” kata dia, Selasa (11/10). Padahal, jika mau sedikit kreatif, bungkus kopi yang sudah tidak terpakai dapat dimanfaatkan menjadi barang yang bisa digunakan. Bahkan, barang tersebut mempunyai nilai jual. Untuk tas misalnya, dibandrol dengan harga Rp 35 ribu per tas. “Bungkus kopi ini bisa dikreasikan menjadi tas, dompet hingga aksesoris jilbab dan lainnya. Kalau dompat kami jual Rp 15 ribu,” tuturnya. Saat ditanya proses pembuatan, Defany mengaku hanya butuh tiga hari untuk menyelesaikan satu tas. Meski tidak menggunakan benang, ia meyakinkan jika tas tersebut kuat digunakan untuk keperluan sehari-hari. ”Hanya dianyam, memang ada teknisnya biar tas lebih kuat,” terangnya. Ia berharap, agar kegiatan pameran hasil produk ini bisa sering diadakan. Hal ini, kata dia bisa untuk memperkenalkan produk-produk yang telah dibuat siswa. Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dindikpora) Banjarnegara Noor Tamami mengatakan kegiatan ini salah satu upaya untuk mewadahi kreatifitas siswa. Harapannya, nanti kegiatan ini bisa dilakukan lebih dari sekali. “Hanya memang terkadang terbentur dengan keterbatasan anggaran. Sebenarnya untuk menampung bisa dilakukan di setiap sekolah. Karena selain mengapresiasi siswa-siswa juga untuk memotovasi siswa lain yang belum mencoba,” paparnya. (uje/acd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: