Tidur sambil Berdiri, Senjata Abduh pun Jatuh

Tidur sambil Berdiri, Senjata Abduh pun Jatuh

Ragam Pengalaman Pesepak Bola Profesional yang Menjadi Tentara Ada yang sempat berpikir kabur karena beratnya pendidikan menjadi tentara. Ada pula yang dihukum karena dipicu ketidakmampuan menahan lapar. Kini tiap bertanding di bawah panji PS TNI serasa membela Merah Putih. SIDIK MAULANA TUALEKA, Jakarta [caption id="attachment_104214" align="aligncenter" width="960"]Pangkostrad Edy Ramayadi (4kanan depan jongkok) bersama Tim PS TNI di Makostrad Jakarta--FOTO : SIDIK MAULANA/JAWAPOS Pangkostrad Edy Ramayadi (4kanan depan jongkok) bersama Tim PS TNI di Makostrad Jakarta--FOTO : SIDIK MAULANA/JAWAPOS[/caption] BEGITU memastikan tak ada yang mengawasi, dengan cepat Manahati Lestusen mulai memanjat pohon mangga itu. Sejengkal demi sejengkal. Hingga sampai ke rerimbunan dahan yang dikelilingi buah yang sebagian telah ranum. Di sana, di atas pohon di kompleks Resimen Induk Kodam III/Siliwangi, Bandung, itu, dia menuntaskan rasa lapar. Saking laparnya, tak terasa tujuh mangga sudah bersemayam di perut kapten tim nasional sepak bola di SEA Games 2015 tersebut. Saat dia akan menyantap mangga kedelapan, eh buahnya jatuh. Persis saat patroli malam di Sekolah Calon Bintara (Secaba) itu melintas lagi. Dalam kondisi terjepit, Manahati pun berusaha "berimprovisasi". Dia berupaya mengelabui para petugas patroli dengan menepuk pelan sandal jepitnya. Maksudnya, meniru kepakan sayap kelelawar. Tapi, tipuan itu gagal. Senter langsung diarahkan ke atas pohon. Manahati pun "menyerah" tanpa perlawanan. "Siap Komandan, saya Manahati," ujarnya sambil turun dari atas pohon. Jadilah, pesepak bola yang bisa bermain sebagai bek atau gelandang itu harus menerima konsekuensi. Keesokannya pemain yang pernah membela Penarol U-19 Uruguay tersebut dihukum lari mengelilingi kompleks pendidikan Secaba tersebut. Sambil dikalungi sebutir mangga yang belum disantap tadi plus papan kecil bertulisan, "Saya berjanji tidak akan mencuri mangga lagi." "Konyol memang, tapi pengalaman lucu itu membuat saya merasa cepat menyatu dengan dunia militer ini," ujar Manahati, lantas tergelak saat mengenang kejadian kala menjalani pendidikan Secaba pada Agustus- September tahun lalu itu. Manahati adalah bagian dari sepuluh pesepak bola mantan penggawa Timnas U-23 yang memilih menjadi tentara selepas membela Merah Putih di SEA Games 2015 di Singapura. Mereka juga tercatat pernah membela berbagai klub profesional di tanah air. Sembilan pemain selain Manahati adalah Ravi Murdianto, Teguh Amirudin, Iman Faturohman, Wawan Febrianto, Safri Al Irfandi, Rifad Marasabessy, Ahmad Nufiandani, Dimas Drajad, dan Muhammad Abduh Lestaluhu. Kini sepuluh pemain tersebut menjadi bagian dari total 26 anggota skuad PS TNI yang diterjunkan di Indonesia Soccer Championship A. Sebanyak 23 di antara mereka merupakan anggota TNI, termasuk Manahati Lestusen dkk yang mantan timnas U-23 di atas. Adapun tiga pemain nontentara adalah Legimin Raharjo, Mu’min Aliansah, dan Tambun Naibaho. Mereka dilatih Eduard Tjong dan akan menggunakan Stadion Siliwangi, Bandung, sebagai home ground. Lawan pertama mereka adalah Madura United yang akan dijamu di Stadion Siliwangi besok (1/5). PS TNI menargetkan finis di posisi kedua pada klasemen akhir. "Kalau dalam latihan, para tentara setiap hari dilatih untuk berperang di hutan, mengepung musuh di tengah kota, atau menghalau lawan dari laut maupun udara. Dan, semuanya harus memiliki kemampuan untuk menembak lawan tepat sasaran, kepala," kata Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Letjen Edy Rahmayadi dalam acara launching PS TNI Markas Kostrad, Jakarta Pusat, pekan lalu. Para personel PS TNI, lanjut Edy, adalah prajurit muda yang akan berperang dalam lapangan. "Dan, sasaran mereka bukan kepala lawan, melainkan gawang lawan," ujar presiden direktur PS TNI itu sambil melirik ke Legimin Raharjo dkk yang duduk di deretan bangku sebelah kiri. Serentak yang dilirik langsung menjawab, "Siap, Komandan." Muhammad Abduh Lestaluhu menegaskan, PT TNI memang sudah siap tempur. Tentu termasuk dia yang telah berpangkat sersan dua. Kendati, di awal bergabung dengan pendidikan Secaba, mantan winger Persija itu mengaku sangat deg-degan. Bahkan, di seminggu pertama, hampir tiap hari dia mengaku berpikir untuk kabur. Pulang ke Jakarta. "Latihannya sangat keras dan berat," katanya. Bangun pagi, dia langsung dihadapkan latihan berat atau lari keliling kompleks dengan memanggul ransel dan senjata sambil bernyanyi. "Kami setiap hari bangun pukul 3 pagi dan langsung melakukan apel. Karena masih ngantuk, saya pernah tidur sambil berdiri dan senjata pun jatuh dari tangan saya," ungkap pemain asal Tulehu, Maluku Tengah, itu. Abduh menceritakan, dirinya bahkan pernah menjadi musuh rekan-rekannya di peleton I yang beranggota 35 orang. Pemicunya sama dengan Manahati saat berulah: tak kuat menahan lapar. "Padahal, ketika itu malam sudah pukul 1 dini hari," katanya. Tak kuasa menahan perut keroncongan, Abduh pun lantas memutuskan menyusup dan keluar barak secara diam-diam. Padahal, yang masih menjalani pendidikan dilarang keluar barak selama tiga bulan pertama. Meski sudah berusaha berhati-hati, gerak-gerik Abduh ternyata tertangkap radar para pengajar. Karena itu, begitu hendak balik ke barak setelah selesai menyantap makanan di warung, Abduh langsung ditahan. Sesuai aturan, seluruh anggota peleton I harus turut menerima hukuman diterjunkan ke dalam sungai dengan hanya menggunakan celana dalam. Adapun hukuman dari rekan-rekan sepeleton, Abduh harus tidur melawan dinginnya malam dan panasnya udara siang selama satu minggu seorang diri. Sebab, tempat tidurnya dipindahkan oleh teman-temannya ke luar kamar. Namun, lama-kelamaan, Abduh mulai bisa menyesuaikan diri. Setelah berjalan sekitar sebulan, Abduh bahkan mulai bisa memetik manfaatnya. Bukan hanya dari ketahanan fisik dan keterampilan militer. "Jiwa patriotisme kami juga jadi begitu tinggi," katanya. Persis sebulan plus 20 hari, Abduh dkk pun mengakhiri pendidikan yang semestinya ditempuh lima bulan. Gara-garanya, PS TNI memastikan ikut turnamen Piala Jenderal Sudirman. Para pemain cum tentara itu pun dipanggil untuk mengikuti training center di Medan, Sumatera Utara. Karena sudah menyelesaikan pendidikan Secaba, mereka berhak menyandang pangkat sersan dua. Untuk penempatan, Manahati Lestusen dkk ditugaskan di Puspom (Pusat Polisi Militer) Kodam Jaya, Jakarta. Nah, selama mengikuti ISC, para pemain cum tentara itu akan tetap menerima gaji bulanan. Sedangkan uang lauk pauknya ditingkatkan setara dengan gaji pemain profesional. Namun, manajemen PS TNI tak membuka berapa persisnya nominal yang diterima pemain mereka. Sebelum berkiprah di ISC A, PS TNI berpartisipasi dalam sejumlah turnamen. Mulai turnamen Piala Jenderal Sudirman, Piala Gubernur Kaltim, sampai Piala Bhayangkara. Dalam tiga turnamen itu, termasuk di ISC A kali ini, PS TNI sudah bertekad untuk tidak menggunakan pemain asing seperti yang dilakukan tim-tim lain. Itu pula yang menambah kebanggaan Ravi Murdianto. "Cita-cita saya sejak dulu memang ingin jadi tentara," kata kiper utama timnas U-19 saat menjuarai Piala AFF U-19 2013 tersebut. Di antara semua pengalaman selama digembleng di pendidikan Secaba, yang paling berkesan bagi Ravi adalah saat diajari menembak dengan semua jenis senjata api. Mulai laras pendek sampai laras panjang. "Saya lebih suka menembak dengan senjata laras panjang. Sebab, gampang mengatur posisi dan selalu akurat," kata mantan pemain Mitra Kutai Kartanegara itu. Kendati telah kian mahir menembak, yang paling dibutuhkan PS TNI dari Ravi di ISC A tentu saja kemampuannya menahan tembakan (bola). Seperti juga Manahati yang diharapkan kepemimpinannya di lini pertahanan dan Abduh dijagokan untuk menusuk dari sayap. "Setiap pemain merasa sudah sangat menyatu dengan tim ini. Tiap bertanding, kami serasa seperti membela Merah Putih. Kalau di turnamen saja kami sudah merasa seperti itu, apalagi kalau benar-benar berlaga di kompetisi nanti," papar Abduh. (*/c10/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: