Lagi, Anak Dibawah Umur Jadi Korban Pencabulan di Banjarnegara

Lagi, Anak Dibawah Umur Jadi Korban Pencabulan di Banjarnegara

Dua-orang-tersangka-pemerkosaan-gadis-di-bawah-umur-kini-ditahan-di-sel-tahanan-Mapolres-Banjarnegara. BANJARNEGARA - Kasus pencabulan di Banjarnegara tak habis-habisnya. Setelah kemarin, seorang ABG digagahi 11 pelaku, kemarin kasus baru muncul lagi. Hampir sama. Kasus terbaru ini juga menimpa siswi MTS swasta asal Desa Mantrianom, Kecamatan Bawang. Korban yang baru berusia 15 tahun diduga diperkosa dua orang pelaku. Kasus ini terjadi Senin (30/5) silam. Korban saat itu usai menonton pertunjukan kudalumping di Desa Sered, Kecamatan Madukara. Namun, setelah acara selesai, korban diajak ke rumah salah satu pelaku di desa tersebut. Di rumah salah satu pelaku inilah, kedua tersangka yang masih di bawah pengaruh minuman keras, memperkosa korban. Kepala Desa Mantrianom, Syamsul Ma'arif mengatakan, mendengar informasi tersebut pihaknya memang tidak langsung melaporkan kasus ini ke kepolisian. Pasalnya, saat ditemukan, korban dalam keadaan lemas. Korban tidak mau menceritakan apa yang telah dialaminya. "Saat itu entah dibius atau apa kami tidak tahu. Ketika ditanya jawabnya mboten-mboten," kata dia. "Diperkosa atau tidak, kita juga belum tahu. Kami tidak langsung melaporkan. Sebab belum jelas. Dan korban sempat menghilang," paparnya. Kapolres Banjarnegara, AKBP Saiful Anwar melalui Kasat Reskrim, AKP Heriyanto mengatakan aksi ini dipicu minuman keras. Saat itu ada tujuh orang yang ikut minum-minuman keras. Namun hanya dua orang saja yang melakukan kekerasan seksual pada korban. "Tersangka yang kami amankan ada dua orang. Sebab kedua orang inilah yang ikut melakukan perkosaan pada korban," kata dia. Heriyanto menjelaskan pemerkosaan terjadi setelah para pelaku dan korban nonton kuda lumping bareng di Desa Sered Kecamatan Madukara. Namun ketika acara usai, mereka tidak langsung pulang. Namun korban dibawa ke rumah salah satu pelaku di Sered. "Kejadiannya Senin tanggal 30 Mei 2016," kata dia. Pasca kejadian yang dialaminya, korban lalu ditolong dan dibawa ke rumahnya. Namun keesokan harinya, korban menghilang selama beberapa hari. Setelah kejadian, korban belum mau menceritakan peristiwa yang dialaminya. Kemungkinan karena masih syok atau trauma. Setelah muncul pasca menghilang, korban bisa dimintai keterangan. Dan kasus ini selanjutnya dilaporkan ke Mapolres Banjarnegara. "Setelah kami mendapat laporan, kami langsung menangkap kedua tersangka," lanjutnya. Aktivis Women Crisis Center Banjarnegara, Sri Listianingsih mengaku prihatin dengan kondisi ini. "Secara pribadi saya sangat sedih dengan aksi kekerasan seksual pada anak yang terjadi," kata dia. Terlebih jika pelakunya bebas atau mendapat hukuman yang ringan. Menurut dia, pada beberapa kasus ada pelaku yang bebas karena bersedia menikahi korban. Atau kasus tidak dilanjutkan karena korban diberi sejumlah uang. Sedangkan pada beberapa kasus, ada juga yang hukumannya dirasa terlalu ringan. "Kalau hukumannya terlalu ringan tidak akan memberikan efek jera. Setelah bebas bisa melakukan lagi," ungkapnya. Terhadap kasus kekerasan seksual yang menimpa gadis belia di Wanayasa, dia mengaku tidak tahu persis. Sebab dia tidak melakukan pendampingan pada korban. Namun menurut dia, ada indikasi kasus kekerasan seksual pada anak mengalami peningkatan. Bahkan beberapa diantaranya menimpa anak PAUD. "Saat ini saya sedang mendampingi beberapa korban. Diantaranya adalah korban anak PAUD," ungkapnya. Dalam penanganan kasus semacam ini, dia berharap agar lebih menekankan pada perlindungan korban. Termasuk melihat dampak fisik dan psikis yang dialaminya. "Korban biasanya ada yang biasa saja. Namun ada juga yang murung dan mengurung diri di rumah. Tidak berani keluar," paparnya. Dia menambahkan demi melindungi buah hati, dia juga meminta kepada para orang tua agar lebih menjaga anak-anaknya. Bagaimanapun peranan keluarga menurutnya sangat penting untuk mencegah kasus ini terjadi. (drn/nun/acd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: