Ratusan Warga Gumelem Banjarnegara Arak Hasil Bumi

Ratusan Warga Gumelem Banjarnegara Arak Hasil Bumi

MAKAN BERSAMA: Warga Desa Gumelem Kecamatan Susukan menyantap bersama hasil bumi saat gelaran Nyadran Gede, kemarin. BANJARNEGARA – Lantunan shalawat sayub-sayub terdengar saat memasuki kawasan makam Girilangan, di Desa Gumelem Kecamatan Susukan, Kamis (2/6). Ratusan warga dari berbagai kalangan terlihat khidmat melakukan ritual yang rutin dilakukan tiap tahun untuk menyambut datangnya Bulan Ramadan. Ya, Nyadran Gede. Tradisi yang dilakukan dua desa yakni Desa Gumelem Wetan dan Gumelem Kulon ini selalu menarik perhatian masyarakat luas. Tidak hanya warga setempat, Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo, Wakil Bupati Hadi Supeno Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta Muspika Kecamatan Susukan kian menambah khidmatnya acara. Dengan membawa hasil bumi, ratusan warga dengan memakai pakaian adat jawa ini beriringan berjalan ke makam Girilangan, sesepuh desa untuk melakukan selamatan. Sebelumnya, masyarakat sekitar juga telah melakukan bersih-bersih lokasi makam. Juru kunci makam Girilangan Ahmad Sujari menceritakan jika tradisi nyadran Gedhe merupakan kegiatan masyarakat Gumelem yang secara indvidual maupun kelompok mengakui dan merasakan adanya kekuatan diluar pribadinya, yaitu Tuhan Yang Maha Pencipta alam semesta beserta segala isinya. “Selain itu juga untuk mendoakan arwah leluhur. Biasanya dilakukan hari Senin atau Kamis terakhir di Bulan Ruwah atau bulan sebelum Ramadan. Ruwah itu artinya ruh dan arwah,” terangnya usai melakukan ritual, kemarin. Menurutnya, tradisi Nyadran yang berkembang saat ini adalah bentuk pelestarian kegiatan dari jaman kademangan. Termasuk masyarakat yang membawa hasil buminya yang kemudian dibawa ke makam untuk dinikmati bersama. “Hasil bumi ini sebagai tanda syukur masyarakat atas apa yang telah mereka terima. Isinya beragam, dari sayur-sayuran, hingga hasil peternakan seperti ayam. Jumlahnya sekitar 400 lebih,” ujarnya. Lebih rinci, ia menyebutkan untuk persiapan lain adalah menyediakan Golong Menir, Ambeng Menir, Ambeng Intip, Ambeng Beras Ketan dwi warna, Pecel Ayam Cemani, Cramcam Terong Aor, Sayur Bening daun Kelor, Tempe Goreng adem, Golong Tujuh, Sate Kambing, Peyek Pethek, Pendul yang terbuat daging dicampur ampas kelapa muda, Kelapa Muda diberi lubang diisi gula kelapa, Cokbang. “Selain itu, ia juga menuturkan jika secara umum masyarakat Desa Gumelem juga meyakini kalau Tradisi Nyadran tidak dilaksankaan akan terjadi malapetakan atau gangguan gangguan yang tidak diinginkan,” imbuhnya. Bupati Banjarnegara, Sutedjo Slamet Utomo meminta agara tradisi prosesi sadran gede terus dilestarikan dan di besarkan setiap tahunnya “Tradisi ini sudah berjalan lama dan harus di jaga kelsetariannya sebagai salah satu kekayaan budaya khas Banjarnegara,” kata Sutedjo. Dikatakannya, Petilasan Ki Ageng Giring dan Petilasan Ki Ageng Giri merupakan warisan budaya dan harus di rawat sebagai salah satu kekayaan budaya. “Petilasan ini sudah menjadi lokasi wisata ziarah dan sering di kunjungi peziarah yang datang dari berbagai daerah, “ imbuh Sutedjo. (uje)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: