Ingin Jadi Eksportir Ikan
Meskipun bergaji besar, tidak menjadikan Tusmino lupa tanah air. Lelaki yang selama lima tahun menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Korea Selatan ini tetap memilih kembali ke kampung halamannya di Desa Gumiwang Kecamatan Purwanegara. Tak ingin kembali merantau ke luar negeri, Tusmino memilih mengembangkan pembibitan ikan nila gesit yang dikawinkan dengan nila jenis nirwana. Hasilmya, hampir 50 ribu bibit ikan setiap hari bisa dihasilkan dari pekarangannya. “Hasilnya bisa dilihat, seekor bibit nila ukuran larva di jual 15 rupiah, tinggal dikalikan 50 ribu saja,” ujar Tusmino. Saat hendak mengawali usahanya pada 2012, dia sempat bingung, usaha apa yang akan digelutinya. Di tengah kebimbangnnya timbul inspirasi budi daya ikan. Mengingat, lingkungan di desanya mendukung untuk usaha tersebut. Awalnya Tusmino khawatir usahanya akan mengganggu lingkungan. Seba dalam bayangannya akan menimbulkan bau amis ikan dan lumpur. Namun setelah dihitung-hitung, dia mulai menyadari bahwa bertani ikan itu sangat menguntungkan, terutama benih ikan. Untuk mengawali bisnisnya, dia membeli satu hektar tanah untuk kolam, dan selanjutnya Tusmino menyewa satu hektar lagi lahan untuk pengembangannya. “Saya mencoba mengawinkan nila gesit dan nila nirwana , hasilnya ikan hasil silang menjadi salah satu benih ikan yang diminati petani ikan karena kualitasnya,” urai Tusmino. Kini usaha yang dirintisnya telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Dalam sebulan Tusmino mampu menjual 600 ribu benih ikan nila. Harga Larva 25 rupiah. Dari harga itu Rp 10 masuk ke Tusmino dan Rp 5 ke kelompok Serayu Mas yang berjumlah 15 orang. "Saya ingin kembali ke luar negeri, namun bukan sebagai TKI namun menjadi eksportir ikan, jadi bukan orangnya yang dikirim namun ikannya yang dikirim keluar negeri,” tutup Tusmino. (drn/nun)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: