Penderita HIV/AIDS Melonjak

Penderita HIV/AIDS Melonjak

[caption id="attachment_98741" align="aligncenter" width="100%"]Ilustrasi Ilustrasi[/caption] BANJARNEGARA - Jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Banjarnegara tiap tahunnya mengalami peningkatan tajam. Sejumlah langkah terus dilakukan untuk menekan jumlah penderita. Sayangnya, saat ini kesadaran untuk memeriksa terkait ancaman HIV/ AIDS masih rendah. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banjarnegara, jumlah penderita HIV/AIDS tiap tahunnya mengalami peningkatan. Sebagaimana diketahui, pada tahun 2013 jumlah penderita bertambah 24 penderita, 2014 bertambah 27 penderita, tahun 2015 bertambah 44 penderita dan pada tahun ini, sudah ditemukan dua kasus HIV/AIDS. Sedangkan total penderita virus tersebut saat ini 176 orang. Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Banjarnegara, Sri Yuniarti pihaknya terus melakukan sosialisasi dengan mendatangi tempat-tempat yang dinilai rawan penyebaran virus tersebut. Hanya saja, masih dijumpai banyak masyarakat yang menolak untuk diperiksa. "Terutama yang sifatnya freeline. Jadi kami tidak bisa menekan pelaku usaha untuk memeriksakan orang yang bersangkutan,” ujarnya Terkait tindakan yang akan dilakukan pada tahun ini guna menekan jumlah penderita HIV/AIDS, dia mengatakan bakal meningkatkan pelayanan sarana dan prasana. Terlebih saat ini di rumah sakit umum daerah (RSUD) Hj Anna Lasmanah Kolopaking Banjarnegara telah ada Care, Support, Treatment (CST). “Kami terus berkoordinasi dengan puskesmas untuk melakukan sosialisasi untuk mengantisipasi virus HIV/AIDS,” lanjut Yuni. Sementara itu, ketua warga peduli HIV/AIDS Banjarnegara Iwan Tri Setyawan menambahkan temuan terhadap penderita HIV/AIDS tidak semuanya ditemukan di Banjarnegara. Namun ada yang awalnya merantau, kemudian setelah dinyatakan positif baru kembali. “Sebagian memang berasal dari kabupaten lain,” kata dia. Iwan juga berharap, untuk menekan penyebaran virus HIV/AIDS, masyarakat diminta mempunyai kesadaran diri untuk periksa. “Karena pandangan negative dari masyarakat sehingga, banyak yang malu untuk periksa. Padahal, kalau semunya mau periksa akan lebih mudah menekan penyebarannya,” sambungnya. (uje)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: