Turiah Tinggal di Gubug Bersama Marmut
BANJARNEGARA – Tinggal di tengah kota rupanya tak membuat Turiah dan suaminya, Hadi mendapatkan penghidupan yang layak. Bahkan, warga Kelurahan Parakancanggah Kecamatan Banjarnegara ini harus tinggal di gubug berukuran 2 x 2 meter persegi. Gubug yang telah ditempati selama dua tahun itu berada di tengah kebun singkong dan salak. Tak ada perabotan rumah tangga di dalam gubug mungil itu. Hanya ada satu kasur tipis dan beberapa gelas. Di situ, Turiah juga harus berbagi tempat dengan tiga ekor marmut piaraannya. Bagi sebagian orang, mungkin ini hal yang menjijikan. Tapi, marmut adalah harta yang sangat berharga bagi pasangan tersebut. "Kalau ditaruh di luar takut hilang," ujarnya. Di usianya yang renta, Turiah hanya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan menjadi pemulung. Itupun untuk mengumpulkan sampah sekarung besar, ia membutuhkan waktu empat hari. Kerja kerasnya itu hanya dihargai Rp 20 ribu. Kehidupannya makin susah, sejak suaminya mengalami kecelakaan yang membuatnya tak bisa bekerja lagi. Sebenarnya, nenek 62 tahun ini punya seorang anak. Tapi ia tidak mau merepotkan anak karena sudah berkeluarga. Ironisnya, Turiah belum tersentuh program pengentasan kemiskinan dari pemerintah. "Saya berharap ada bantuan agar bisa hidup lebih baik," ungkapnya.(drn/nun)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: