Bernostalgia dengan Karawitan

Bernostalgia dengan Karawitan

Bagi Imam Mudin, mendengarkan musik karawitan merupakan nostalgia. Sebab ketika kecil dia sangat menyukasi musik khas Jawa tersebut. Dan ketika sekolah di SMP, dia mendalaminya dengan mengikuti ektrakurikuler karawitan. "Bagi saya karawitan merupakan hobi yang lama tidak diasah. Namun akhir-akhir ini saya menyempatkan diri untuk menikmatinya," kata dia. Tak hanya mendengarkan, dia juga bergaul dengan komunitas karawitan dan terkadang juga memainkan alat musik karawitan. Misalnya menabuh saron. Dia masih cukup lihai dan hafal ketukan-ketukan untuk menciptakan harmoni yang indah. Meskipun demikian, mantan anggota DPRD Kabupaten Banjarnegara periode 2009 - 2014 ini tidak sampai menjadikan niyaga sebagai profesi. Beruntung dia tinggal di Desa Somawangi Kecamatan Mandiraja. Sebab desa tersebut merupakan gudangnya seniman di Banjarnegara. Sehingga dia lebih mudah untuk mendalami dan mengasah kembali seni karawitan. "Lebih spesifik lagi Karawitan Banyumasan," ungkap Pembina Yayasan Cahaya Insan Mulia ini. Sebab sebagai orang ngapak, lebih sreg dengan kesenian yang bernuansa Banyumasan. "Walaupun sama-sama seni karawitan misalnya dari Jogja atau Solo, saya lebih nyaman dan sreg mendengarkan Karawitan Banyumasan," ucapnya. Demikian pula ketika dia menonton wayang. Dia lebih antusias jika sang dalang memainkan cengkok Banyumasan. Misalnya saja wayang yang dipentaskan oleh Dalang Jono atau Dalang Gino. (drn/nun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: