Sekolah Diminta Lebih Waspada

Sekolah Diminta Lebih Waspada

Soal Aksi Teror dan Gafatar BANJARNEGARA – Aksi terror di Jakarta Kamis (14/1) lalu serta menghilangnya sejumlah orang yang diduga terlibat dalam organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) membuat Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dindikpora) waspada. Bukan tanpa alasan, sebab generasi muda dinilai rawan untuk menjadi sasaran perekrutan organisasi yang tengah menjadi perhatian tersebut. Kepala Dindikpora Banjarnegara Noor Tamami meminta agar sekolah-sekolah terutama tingkat SMA untuk lebih memperhatikan siswanya. Terutama, kata dia bagi guru agama, guru Bimbingan Konseling (BK) maupun Waka kesiswaan. “Utamanya siswa kelas XI dan XII. Di usia mereka biasanya rentan untuk mencari perhatian dan mau menunjukan jati dirinya,” kata dia di ruang kerjanya, Jumat (12/1). Untuk teknisnya, lanjut Tamami selain member perhatian lebih pihak sekolah juga harus rutin member pembekalan agar siswa tidak mudah dipengaruhi ajakan kelompok tertentu. Bahkan, nantinya dalam member pembekalan, pihak sekolah bisa menggandeng pihak lain seperti kepolisian, TNI maupun Kesbangpol. “Kami juga meminta agar pihak sekolah lebih memperhatikan semua kegiatan siswanya baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Terutama anak yang mempunyai aktivitas tinggi,” lanjut Tamami. Lebih jauh, menurutnya peran orangtua sangat dibutuhkan untuk mencegah adanya perekrutan dari kelompok-kelompok yang tidak sesuai dengan aturan Negara. Ia berharap agar orangtua lebih aktif berkomunikas dengan para guru. Saat disinggung adanya warga Kecamatan Purworejo Klampok yang hilang dan diduga ikut organisasi Gafatar, Tamami mengaku sempat was-was. Namun, menurutnya warga tersebut bukan siswa SMA, melainkan tengah menimba ilmu di perguruan tinggi di Jogjakarta. “Kami sudah menyelidiki apakah orang yang hilang itu anak SMA atau bukan. Dan ternyata, hilangnya bukan di Banjarnegara, tetapi di Jogja,” terangnya. Namun demikian, dirinya tetap waspada, mengingat di Kabupaten Purbalingga banyak warga yang dinyatakan hilang dan ikut organisasi Gafatar. Ia kembali menekankan agar pihak sekolah tahu cara menerangkan tentang terorismu kepada siswa. “Memaparkan fakta yang terjadi bukan mengembangkan isu. Karena anak bisa menjadi ketakutan dengan banyak pemberitaan di televisi. Intinya mengajak siswa untuk berpikir positif,” pungkasnya. (uje)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: