30 Titik Rawan Banjir, 64 Desa Rawan Longsor di Cilacap

30 Titik Rawan Banjir, 64 Desa Rawan Longsor di Cilacap

HARYADI NURYADIN/RADARMAS TANGGUL : Tanggul Sungai Cileuemuh harus ditinggikan karena rawan meluap. INSERT : BPBD sedang membersihkan saluran air yang tersumbat sampah. CILACAP - Kabupaten Cilacap tetap bersiap menghadapi risiko banjir saat masuk musim hujan mendatang. Tak hanya banjir, bencana tanah longsor juga perlu menjadi ancaman. Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Tri Komara, mengatakan berdasarkan prakiraan BMKG Cilacap, bulan November mendatang sudah memasuki musim penghujan di sebagian wilayah Cilacap. Saat ini pihaknya mulai mengantisipasi banjir dan longsor. Untuk banjir sendiri, memang ada beberapa wilayah yang sudah menjadi langganan. “Ada 30 titik di Kabupaten Cilacap yang biasanya langganan banjir. ” katanya. Wilayah rawan banjir ternyata tak melulu di daerah dataran rendah. Wilayah pegunungan pun tak luput dari ancaman banjir. Di wilayah Kecamatan Sidareja misalnya, genangan banjir bisa merendam area pemukiman selama dua hingga tiga hari. Ia pun mengimbau masyarakat untuk menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Jika masyarakat tidak sadar lingkungan, maka akan berdampak buruk seperti banjir luapan dari drainase maupun sungai. Selain banjir, di Cilacap juga terdapat 64 desa di lima kecamatan yang rawan longsor. Yakni, Kecamatan Karangpuncung, Dayeuluhur, Cimanggu, Wanareja dan Gandrungmangu. "Titik rawan longsor ini yang sudah jelas terlibat. Namun ada kemungkinan titik rawan longsor akan bertambah," kata dia. Selain tanah longsor, likuifaksi atau tanah bergerak juga berpotensi di Kecamatan Majenang dan Karangpucung. Dia menghimbau, pentingnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. “Salah satu bentuk kesiapsiagaan bencana itu adalah melaksanakan mitigasi guna memperkecil risiko dampak bencana. Masyarakat siaga dan waspada, musim penghujan tidak boleh lengah apalagi di daerah tebing harus siaga jika terjadi hujan dari pagi hingga malam, harus dironda atau di jaga, minimal bisa selamat," ujar Tri Komara. Upaya perbaikan tanggul juga perlu dimaksimalkan, khususnya di daerah sepanjang aliran sungai. Seperti halnya tanggul Sungai Cileumeuh yang mengalir di Desa Mulyadadi dan Mulyasari yangdiusulkan untuk ditambah ketinggiannya. Pasalnya, sungai ini rawan meluap tiap kali hujan deras turun. Daerah yang rawan tersebut mulai dari bendungan suplesi ke arah hulu sepanjang 1,8 KM. "Tanggul harus ditinggikan karena rawan limpas," ujar Ketua Kelompok Tani Desa Mulyadadi, Darimun. Tambahan ketinggian yang dia inginkan mencapai 70 cm dari kondisi sekarang. Hal ini diharapkan mampu mengatasi kemungkinan naiknya debit air sungai ketika hujan deras. Alasan lainnya adalah debit air sungai dipastikan naik setelah adanya bangunan berupa bendungan suplesi. Debit yang naik ini juga memperkuat daya dorong terhadap bendung hingga sudah seharusnya ada penguatan. "Dengan ditambah ketinggiannya, kekuatan bendung bertambah," kata dia.(ray/har)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: