Korban Kasus Pencabulan di Majenang Paling Besar

Korban Kasus Pencabulan di Majenang Paling Besar

GRAFIS MAJENANG - Siswa korban pelecehan seksual yang dilakukan Y, terus dipantau oleh pihak sekolah. Pemantauan ini dilakukan untuk mengetahui sejak dini jika ada perubahan sikap, kebiasaan atau tingkah laku tiap anak. Kepala sekolah tempat para korban selama ini belajar, K mengatakan, pemantauan dilakukan dengan melibatkan guru dan wali kelas. "Kita pantau terus tiap hari," ujar dia. Dia mengatakan, pemantauan dilakukan dengan tetap menjaga kondisi mental anak. Salah satunya melihat perilaku dari jauh atau saat berada di ruang kelas. Dengan demikian, siswa tidak merasa tengah mendapatkan perhatian lebih dari para guru. Menurut dia, jika dilakukan dengan cara biasa, justru akan memancing perhatian siswa lain. Hal ini tidak dia inginkan. Karena bisa saja berpengaruh terhadap mental para korban. Apalagi jika sampai korban justru dicap sebagai anak tidak baik. "Ini yang kita hindari. Jangan sampai mental mereka tambah turun," kata dia, Jumat (16/11). Namun pihaknya belum mendapatkan laporan dari para guru tentang perubahah sikap para korban. Mereka tetap masuk seperti biasa dan bermain dengan siswa lainnya saat jam istirahat. "Sementara masih biasa. Tapi kita tidak tahu karena bisa saja mereka bisa menyembunyikan perasaan. Ini yang berbahaya. Dan yang bisa melihat secara detail tentu para ahli," ungkapnya. Terkait kasus tersebut, pihaknya sudah memasrahkan kepada petugas penyidik Polres Cilacap. Jika dibutuhkan, sekolah siap untuk mendampingi proses pemeriksaan terhadap korban. Yang menjadi perhatian utama sekolah adalah menjaga mental anak agar tetap stabil. Karena bisa saja kejadian tersebut membawa pengaruh atau memberikan tekanan mental. "Fokus kami bukan ke masalah hukum. Tapi mendampingi dan menjaga anak-anak ini yang menjadi korban," tandasnya. Sementara itu, isu tentang kondisi kejiwaan Y terus berhembus di tengah masyarakat. Mereka beranggapan kalau Y mengalami gangguan mental dan disorientasi seksual. Berdasarkan cerita yang beredar, kegagalan pernikahan karena Y tidak mau berhubungan dengan istrinya. Di samping itu, Y yang memiliki membuka usaha hiburan sering berhubungan dengan penyanyi perempuan. Dia bahkan sering mengontak penyanyi dari luar Kabupaten Cilacap untuk manggung dengan "bendera" usahanya. Namun tidak ada satupun yang membuatnya tertarik. Meski secara fisik para penyanyi itu berparas cantik. "Mungkin punya kelainan. Mantan istrinya kerap banyak cerita tentang penolakan Y saat diajak berhubungan," ujar Rusno, salah satu warga setempat. Di tengah masyarakat, Y dikenal luas sebagai pemilik persewaan sound system untuk hajatan maupun pengajian. Dia juga punya kelompok musik dan sering manggung di berbagai lokasi. Tarifnya bisa mencapai jutaan rupiah. Apalagi jika ditambah dengan perlengkapan lain seperti panggung, sound system dan lainnya. Kalau komplit bisa di atas tujuh juta," tambahnya. Jumlah korban pencabulan pelaku Y yang mencapai 26 anak SMP berusia 12 sampai 15 tahun, menjadi kasus pencabulan dengan korban di tahun 2018. Pengawas Kekerasan Perempuan dan Anak Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Citra Cilacap, Sri Rezeki mengatakan, dari data total korban kekerasan yang terdata di P2TP2A Citra Kabupaten Cilacap, sampai pertengahan November 2018 jumlah korban di Kecamatan Majenang tidak terdata. Dengan mencuatnya kasus pencabulan oleh pelaku Y, jumlah korban pencabulan di Majenang, otomatis menjadi yang paling banyak mengungguli korban kasus pencabulan anak SD di Kesugihan dengan pelaku seorang guru PNS. "Kasus dan korban pencabulan trennya setiap tahun cenderung meningkat," ujarnya. Dia menjelaskan, ada kemungkinan Y mengidap kelainan seksual walaupun yang bersangkutan pernah menikah. Karena kasus ini merupakan hal yang memalukan pihaknya akan melakukan pendampingan untuk memberikan motivasi agar korban berani melapor dan mengaku."Pendamping dari Dinas Sosial dan P2TP2A Citra wilayah Majenang siap mendampingi korban," jelasnya. Menurut dia, dari pengakuan pelaku saat pemeriksaan awal jumlah korban lebih dari 26 anak. Setelah kepala sekolah tempat ke-26 anak tersebut melapor kepada koordinator di Majenang, barulah orangtua dikumpulkan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas KB, PP dan PA Kabupaten Cilacap di Majenang. "Tapi yang datang ke UPT kami ternyata hanya lima orang tua," ungkapnya. Setelah mendapat penguatan dari koordinator di Majenang, barulah orang tua berani melapor ke Polsek Majenang. Dari penggalian oleh Polsek Majenang, korban yang berani melapor hanya delapan anak. Terkait identitas sekolah, kepala sekolah tempat ke-26 anak itu bersekolah belum bersedia jika nama sekolah diinformasikan. (har/yda/din)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: