Dua PNS Purbalingga Menghilang

Dua PNS Purbalingga Menghilang

Di Banyumas, Satu Keluarga Pergi Mendadak PURBALINGGA-  Dua Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Purbalingga menghilang sejak beberapa hari terakhir. Mereka diduga bergabung dengan Organisasi Massa (Ormas) Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). PNS tersebut adalah Praptono Adi SSTP, yang tercatat sebagai Sekretaris Kelurahan (Seklur) Kembaran Kulon, Kecamatan Purbalingga. Serta satunya ialah Widodo Panca Nugraha SSTP yang menjabat Kasubbag Rapat pada Sekretariat DPRD Purbalingga. Hilangnya dua PNS di lingkungan Pemkab Purbalingga tersebut diungkapkan  Penjabat (Pj) Bupati Purbalingga Drs Budi Wibowo MSi kepada Radarmas, kemarin (6/1). Menurut Pj Bupati, sebelumnya beredar kabar dua PNS tersebut disinyalir bergabung dengan kelompok militan ISIS. "Ternyata bukan bergabung dengan ISIS melainkan bergabung dengan Gafatar," katanya melalui sambungan telepon selular. Pj Bupati mengatakan, pihaknya saat ini tengah berusaha mencari keberadaan dua PNS tersebut, melalui berbagai komponen masyarakat. "Termasuk melalui Polres (Purbalingga) untuk di DPO (Daftar Pencarian Orang)-kan," imbuhnya. Dia menjelaskan, untuk Adi, sebelum menghilang sudah mengajukan pengunduran diri dari PNS di Pemkab Purbalingga. Namun, Widodo menghilang tanpa kabar, sejak 16 Desember 2015. "Bahkan, istrinya juga tidak tahu keberadaannya," lanjutnya. Dia mengaku heran, dengan hilangnya dua PNS tersebut. Keduanya  merupakan satu almamater dengan Pj Bupati, yakni dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). "Di IPDN diajarkan materi sedemikian rupa. Namun, justru mereka terbawa Gafatar. Saya menilai ormas tersebut sudah meresahkan. Harus ada perhatian khusus terhadap keberadaan ormas tersebut," jelasnya Sementara itu, isteri Widodo, Kencana Wulansari SPi telah melaporkan hilangnya suaminya ke ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Purbalingga pada 26 Desember 2015 lalu. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpollinmas) Purbalingga, Drs Satya Giri Podo menyebutkan, upaya pencarian oleh aparat Pemkab dan Polres Purbalingga sudah dilakukan. Hanya hingga kini belum membuahkan hasil. Diduga, Widodo saat ini berada di Lampung yang disebut-sebut merupakan basis Ormas Gafatar. Dari keterangan isteri Widodo, lanjut Giri, diperoleh informasi Widodo sering berkomunikasi dengan seorang bernama Praptono Adi yang disebut-sebut sebagai mantan Ketua DPD II Gafatar Purbalingga. Widodo juga intensif berkomunikasi dengan seorang penjual roti bernama Misrun yang disinyalir pelopor Gafatar Purbalingga. Selain Widodo, seorang perempuan muda bernama Silvinur Fitriani juga diduga telah bergabung dengan Gafatar. Hingga kini keberadaan alumni SMA N 1 Purbalingga Tahun 2013 itu tidak diketahui. Ketika di SMAN 1 Purbalingga, Silvinur aktif di sejumlah kegiatan dan dikenal pintar bergaul. Setelah lulus SMA, Silvinur melanjutkan kuliah di UNS Solo. “Terkait hilangnya Silvinur sudah terdengar di lingkungan SMA N 1 Purbalingga,” ujarnya. Picu Banyak Opini Sementara, di Desa Dawuhan Kecamatan Banyumas, satu keluarga dikabarkan pergi mendadak. Mereka ialah Sugiantoro (39) beserta istri Marfungah (39) dan lima anaknya. Keluraga tersebut pergi dari rumah secara mendadak sekitar satu bulan  lalu. Sang ibu, Ratimah (65) mengatakan, anaknya satu keluarga pergi ke Sulawesi untuk mencari kehidupan yang lebih baik.  "Dua hari sebelum pergi baru mengabari. Beberapa waktu lalu juga mengabari via BBM keponakan, katanya sehat," katanya. Ketua RW 1 Desa Dawuhan, Saman mengatakan, Sugiantoro berpamitan untuk pergi ke Makasar. "Habis maghrib pamitan, habis Isya berangkat. Kalau tidak salah 25 November 2015 lalu," ujarnya. Menurut Saman, Sugiantoro aktif di kegiatan masyarakat setempat. Keluarganya pun biasa bersosialisai dengan para tetangga. Anak-anaknya biasa bermain seperti anak lain. "Anaknya memang ikut homescholing, pindah-pindah, yang mengajar juga dari satu organisani masyarakat yang dia ikuti," jelasnya. Sepuluh hari sejak kepergian mereka, keponakannya diberi kabar melalui BBM. Memberikan kabar bahwa telah sampai di Makasar serta memberikan nomor rekening. "Sepeda motornya kan ditinggal, kalau laku terjual uangnya bisa dikirim melalui rekening," paparnya. Sebagai tetangga dekatnya, dia hanya bisa berfikir positif. "Kami  berfikir positif , setahu saya niatnya kan mengembangkan usaha," tuturnya. Kepala Desa Dawuhan, Titi Bariah mengatakan, tak ada yang mencolok dari  keluarga tersebut. Mereka sama seperti masyarakat lain. Hanya kepergian mereka yang begitu mendadak.  Sugiantoro juga dua tahun lalu aktif di kegiatan desa," imbuhnya. (tya/wah/dis)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: