HIV/AIDS Ancam Dunia Pendidikan di Cilacap

HIV/AIDS Ancam Dunia Pendidikan di Cilacap

41 Guru dan 8 Pelajar Terjangkit HIV Juga 30 Tenaga Penunjang Pendidikan CILACAP-Human Immunodeficiency Virus (HIV), menyasar dunia pendidikan di Cilacap. Lima tahun terakhir ada 14 kasus HIV yang korbannya adalah guru sekolah. Manager Kasus Komisi Penanggulangan Aids Kabupaten Cilacap, Rubino Sriadji mengatakan, jumlah tersebut sangat berpotensi bertambah. Karena jumlah kasus tersebut diperoleh secara 'tidak sengaja', bukan melalui pemeriksaan resmi HIV/AIDS. "Sebagian besar hasil diperoleh saat korban melakukan donor darah, saat sakit, dan saat melakukan tes HIV bagi calon pengantin. Kalau yang melalui pemeriksaan resmi sangat jarang dilakukan," ujarnya, Kamis (3/5). Bukan hanya tenaga pengajar, unsur tenaga administrasi dan tenaga penunjang lain di sekolah atau Dinas Pendidikan juga memiliki angka yang tidak sedikit yakni sekitar 30 kasus. "Dengan estimasi dari hasil konseling dengan perilaku beresiko bisa mencapai sekitar 300 orang lebih," ungkapya. Sementara untuk kasus pelajar yang menjadi korban mencapai 8 kasus. Tujuh diantaranya terindikasi tertular dari ibu yang reaktif HIV, selebihnya karena perilaku seks. Menurut dia, penularan HIV pada prinsipnya terbatas. Hanya melalui kontak darah langsung dengan orang yang terinfeksi HIV, dan kontak seksual dengan orang yang terinfeksi HIV tanpa program maupun pengaman dan pengobatan ARV secara patuh. HIV tidak menular melalui udara, hubungan sosial atau kerja, nyamuk atau binatang lainnya, dan peralatan makan dan minum. Dia mengatakan, tren penemuan kasus orang yang terinfeksi HIV/AIDS di Cilacap cenderung mengalami kenaikan. Sampai Maret 2018 tercatat 1.124 orang di Cilacap ditemukan sudah terinfeksi HIV/AIDS. Hal ini menurutnya menjadi tanda peringatan dini bagi semua pihak yang masih sadar akan masa depan kehidupan. 95 persen Penularan penyakit HIV didominasi oleh faktor perilaku seks melalui vaginal, oral, maupun anal dengan orang yang terinfeksi HIV. Baik sebelumnya yang bersangkutan tahu status HIVnya maupun tidak tahu. Rubino yang juga Konselor VCT Cahaya Pita RSUD Cilacap mengungkapkan, tren penemuan kasus calon pengantin di Cilacap yang terinfeksi HIV juga bertambah. Dari calon pengantin yang melakukan konseling dengannya, 97 persen mengaku pernah berhubungan intim sebelum menikah. "Apabila ternyata salah satu calon pengantin atau pasanganya terinfeksi Hiv, kemungkinan tertular melalui perilaku seks cukup tinggi," tandasnya. Akibat lain dari meningkatnya kasus HIV/AIDS di Cilacap adalah bertambahnya anak yatim dan piatu yang terinfeksi HIV seiring meninggalnya orang tuanya yang meninggal karena Aids. Dia menjelaskan, kalau estimasi temuan dengan epidemiologinya sekitar 10 bahkan kalau sistemik sampai 100 kali jumlah temuan kasus. Bisa jadi yang ditemukan saat ini baru sekitar 10 persen, dari kasus yang sebenarnya ada. "Apabila tidak segera ditanggulangi secara sungguh-sungguh dan berkelanjutan, ini akan menjadi bencana kemanusiaan, karena sifat penularannya laten," ujarnya. Kalau dari satu sisi penularan saja yakni perilaku seks tidak aman atau bebas, ada di kompleks eks lokalisasi Slarang. Data kumulatif temuan sampai saat ini ada sekitar 14 orang Wanita Pekerja Seks (WPS). Jika per hari satu WPS melayani 5 orang dan dari 5 orang tersebut juga berhubungan seks dengan orang lain, dan orang lainnya juga berhubungan dengan yang lainnya, jumlahnya makin banyak. "Kasus ini akan seperti 'arisan'. Semua akan dapat gilirannya untuk terinfeksi HIV," pungkasnya.(nas/din)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: