Dexlite Susul Pertalite

Dexlite Susul Pertalite

    JAKARTA-PT Pertamina (Persero) punya rencana besar terhadap line up bahan bakar non subsidinya di tahun ini. Selain melebarkan sayap distribusi pertalite hingga seluruh Indonesia, BUMN energi itu juga bersiap melakukan penyegaran. Pertamax plus direncanakan dihapus, dan mengeluarkan dexlite sebagai produk baru. Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang saat dihubungi Jawa Pos mengatakan, kesuksesan pertalite segera diikuti dengan peluncuran dexlite. Itu adalah produk yang lebih murah daripada Pertamina Dex yang saat ini dibaderol Rp 8.600 per liter untuk Jakarta, atau Rp 8.700 di Jawa Timur dan Jawa Tengah. "Semoga bulan depan sudah bisa diluncurkan," ujarnya kemarin. Nantinya, dexlite akan memiliki spesifikasi lebih rendah yakni memiliki cetane number 51. Sedangkan Pertamina dex, punya cetane number minimal 53. Mirip dengan pertalite yang memiliki nilai oktan lebih rendah daripada pertamax. "Tujuan kami, membantu konsumen mendapatkan solar bagus dengan harga yang terjangkau," terangnya. Dexlite, tentunya cocok dengan mobil-mobil solar yang keluar belakangan ini. Apalagi, yang merasa spesifikasi dex terlalu tinggi, tapi solar dengan cetane number 48 dianggap terlalu rendah. Mobil-mobil bermesin diesel moderen, suka berat tarikannya kalau diberi solar. Adanya dexlite, hal seperti itu tidak akan terjadi. Bahan bakar yang rencananya dilepas dengan harga Rp 7 ribu per liter itu membuat tarikan mobil lebih enak. "Kalau ini sukses, bisa mengubah industri mobil bergeser ke diesel," harapnya. Meski demikian, Abe belum bisa memastikan tanggal pasti produk baru itu meluncur. Selain memberi kode bahwa dexlite meluncur bulan depan, dia juga menyebut Jawa sebagai sasaran awal. Jika berkaca pada peluncuran pertalite yang dirilis di Jakarta, bisa jadi pola yang sama akan terulang. Dia yakin, dexlite nantinya diterima masyarakat. Meski, kalau benar harganya dilepas Rp 7 ribu per liter disparitasnya dengan solar cukup jauh. Seperti diketahui, harga solar saat ini Rp 5.650 termasuk subsidi Rp 1.000. Namun, pemerintah mengusulkan agar subsidi dicabut dan harga solar menjadi Rp 6.650. Abe belum tahu apakah usulan itu akan berjalan pada bulan depan atau tidak. Yang pasti, kalau subsidinya jadi dicabut, maka perbedaan dexlite dan solar akan menipis. Yakni, beda Rp 350 per liter. Menteri ESDM Sudirman Said menyebut penghilangan subsidi solar masih menunggu persetujuan DPR. Selain solar, Pertamina juga bersiap meluncurkan pertamax turbo. Itu adalah bahan bakar beroktan tinggi yaitu 98. Bedanya dengan dexlite, bahan bakar itu sudah diujicoba ke pasar Eropa. "Sedang dilakukan tes pasar di luar negeri. Pusatnya di Itali," terang penghobi golf itu. Sasaran dari bahan bakar beroktan tinggi itu adalah mobil mewah. Alasan pasar itu pula yang membuat BUMN energi memilih Eropa sebagai tes pasar. Oktan 98 disebutnya juga cocok untuk dipakai mobil sekelas Lamborghini, Ferrari, Prosche, atau sport car lainnya. Di beberapa tempat, Pertamina memang sudah punya pertamax racing dengan oktan 100. Namun, Abe menyebut harganya terlalu mahal karena saat ini diharga Rp 50 ribu per liter. Nantinya, pertamax turbo akan dijual lebih murah yakni Rp 10 ribuan. "Diusahakan tahun ini mulai dipasarkan, tergantung hasil tes pasar Eropa. Sekarang sedang persiapan EURO IV dan V," ujarnya. EURO yang dimaksud Abe itu adalah standar emisi yang lebih ramah lingkungan. Di Indonesia, saat ini masih mengikuti standar EURO 2 sebagai acuan. Direksi yang juga Apple fans boy itu belum tahu kapan pertamax turbo ada di SPBU Indonesia. Namun, dia menyebut ada rencana besar lain saat bahan bakar itu resmi dipasarkan. Yakni, menghilangkan pertamax plus yang memiliki oktan 95. Alasannya, produk BBM pertamax dan pertamax plus mirip. Alasan kualitas yang mirip itu membuat Pertamina mengambil keputusan untuk lompat dari RON 92 ke RON 98. Dia yakin, penghilangan itu tidak meninggalkan masalah besar nantinya. Apalagi, kalau sukses di Eropa. "Kalau Eropa menerima dengan bagus, harusnya nggak masalah dengan Indonesia," terangnya. Target Pertalite Abe tidak hanya berbincang soal dexlite dan pertamax turbo, dia juga menjelaskan soal masa depan pertalite. Bahan bakar yang hampir setahun diluncurkan itu disebutnya mendapatkan respon yang baik. Oleh sebab itu, dia menargetkan di tahun ini penjualannya bisa menembus 30 persen. "Itu tidak diakumulasi dengan capaian tahun lalu ya. Murni tahun ini," tuturnya. Pada tahun lalu, pertalite disebutnya berhasil merebut hati pengguna kendaraan. Sebab, pasar premium berhasil direbut 15 persen. Padahal, pertalite baru keluar pada Juli setelah Idul Fitri. Dia optimistis pertalite bisa merebut pasar premium lebih tinggi lagi karena kesadaran masyarakat atas bahan bakar yang bagus bertambah. Bensin murah, seperti premium disebutnya tidak menjadi jaminan pasti dipilih masyarakat. Itu dibuktikan oleh pasar di Indonesia Timur yang terus tumbuh. "Rata-rata, penjualan di SPBU daerah timur mencapai 30 persen sampai 40 persen konsumsi premum," jelasnya. Padahal, di kawasan itu harga premium lebih murah Rp 100 per liter dibanding Jawa, Madura, dan Bali yang dibanderol Rp 7.050 per liter. Sedangkan di kawasan Indonesia Barat, dia menyebut konsumsi pertalite masih di kisaran 15 persen. Namun, dia memperkirakan di tahun ini bisa naik sampai 20 persen. Pasar yang terus tumbuh itu, membuatnya ingin segera menyebar pertalite ke seluruh Indonesia. "Maluku Utara sudah, Riau sudah, Batam sudah. Tinggal Papua Barat," katanya. Sebelumnya, Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, peluncuran solar jenis baru sudah disiapkan. Namun, pihaknya perlu menunggu proses perizinan dari Kementerian ESDM. "Kami harap tidak terlalu lama. Kalau semua sudah clear, bisa segera kami umumkan," jelasnya. Dia menegaskan kalau produk baru itu bersifat non subsidi dan murni komersial dari Pertamina. Nantinya, produk itu akan menambah varian baru saat ada di SPBU layaknya pertalite ketika awal kemunculannya. (dim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: