Sebelum Lebaran, 12 Huntara Korban Pergerakan Tanah di Jatiluhur Siap Ditempati
Prioritaskan Rumah Yang Sudah Dibongkar MAJENANG-Hunian sementara (huntara) bagi korban pergerakan tanah di Dusun Jatiluhur Desa Padangjaya, Kecamatan Majenang mendekati rampung. Warga bersama aparat terkait sudah mendirikan 12 unit dari rencana 19 unit. Saat ini warga tengah melakukan plesterisasi. "Sekarang, lantai rumah dan teras sedang diplester," ujar Kepala Desa Padangjaya, Tursino, Jumat (12/5) kemarin. Dikatakannya, pasca plesterisasi akan dilanjutkan pembuatan fasilitas umum berupa MCK. Pihaknya juga akan mengupayakan pembuatan sumur bor dengan pertimbangan sumber mata air terlalu jauh. Disamping itu posisinya justru lebih rendah dibandingkan dengan lokasi huntara. "Jarak antara sumber air dengan huntara mencapai empat ratus meter dan berada dibawah huntara. Akan sulit jika disedot," kata dia. Dia menginginkan agar pembangunan huntara lengkap dengan fasilitas umum itu bisa secepatnya diselesaikan. Targetnya adalah bisa dihuni warga korban pergerakan tanah sebelum lebaran nanti. Persiapan lain yang akan dilakukan adalah memasang jaringan listrik. Perlu diketahui, lokasi huntara ini berada di lapangan desa dan belum ada jaringan listrik dari PLN. "Lebaran nanti warga sudah dihuntara," kata Tursino. Dalam waktu dekat pihaknya akan kembali menggelar musyawarah dengan para korban. Agendanya yakni membahas penempatan warga di huntara tersebut. Mereka yang akan menempati adalah pemilik rumah yang sudah membongkar tempat tinggal masing-masing karena rusak berat. "Kita akan musyawarah dengan warga dan mengajak kepala dusun untuk mengatur penempatan," tandasnya. Seperti diketahui, warga Dusun Jatiluhur Desa Padangjaya menjadi korban pergerakan tanah pada Januari lalu. Penyebab pergerakan tanah disana karena hujan deras menguyur selama beberapa hari. Pergerakan tanah dilaporkan pertama kali terjadi pada Selasa (17/1) petang sekitar pukul 18.00. Dilanjutkan pada Rabu (18/1) petang hingga Kamis (19/1) pagi kemarin. Sejumlah warga mendengar suara seperti kayu patah saat bangunan bergeser atau tembok pecah. Saat ini setidaknya ada 19 Kelapa Keluarga yang meninggalkan rumah masing-masing. (har/ttg).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: