Enam Huntara Dusun Babakan Majenang Belum Dialiri Listrik
Sudah Diusulkan, Tunggu Langkah PLN Belum Ada Sanitasi Air Bersih MAJENANG-Hunian sementara di Dusun Babakan, Desa Pangadegan yang ditempati oleh 6 Kepala Kelurga (KK) masih minim sarana pendukung utama. Salah satunya jaringan listrik sebagai penerang bagi seluruh penghuni saat malam hari. Saat ini, pengungsi memanfaatkan penerangan seadanya. KERJA BAKTI : Sejumlah warga dan relawan bekerja bakti membangun huntara. Meski sudah ditempati, namun belum ada penerangan sama sekali karena jaringan listrik belum masuk. (HARYADI NURYADIN/RADAR BANYUMAS) "Belum ada listrik. Ini yang menyulitkan warga," ujar Kepala Desa Pangadegan, Toto Sugiyanto, Kamis (2/3) kemarin. Dia mengatakan, pihaknya sudah menghubungi PLN Cabang Majenang dan meminta izin agar jaringan listrik bisa masuk ke huntara. Usulan disertai dengan permintaan agar nomor tiang milik warga di rumah yang dikosongkan bisa di pindah ke huntara. Dengan demikian, warga tidak perlu melakukan pengajuan baru. "Tinggal mindah dastang. Ini sudah kita mintakan ke PLN tapi belum ada jawaban kapan mau direalisasikan," ujarnya dia. Selain listrik, lokasi huntara juga belum dilengkapi dengan saranan sanitasi dan air bersih. Demikian juga dengan banguan untuk mandi atau mencuci. Bantuan yang sudah datang berupa satu unit penampung air dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap. "Sarana sanitasi belum ada," kata Toto. Huntara tersebut dibangun secara bertahap. Tahap pertama waraga bersama aparat terkait mendirikan 3 unit bangunan dimana salah satu rumah darurat itu didiami 2 keluarga. Tahap kedua, kerja bakti antara warga, relawan dan pihak terkait mampu mendirikan 3 unit huntara dan langsung dipakai warga korban pergerakan tanah di Dusun Babakan. Hingga total ada 6 KK yang sudah mengungsi kesana. "Total sekarang ada enam keluarga. Jadi ada satu huntara yang dihuni dua keluarga," katanya. Perlu diketahui, pergerakan tanah di Kampung Cipicung Dusun Babakan RT 02 RW 06 Desa Pangadegan Kecamatan Majenang muncul sejak akhir 2014 lalu. Retakan bertambah parah pada Maret 2015 hingga memaksa warga setempat mengungsi ke kerabat terdekat. Beberapa warga memutuskan membangun tenda darurat. Retakan tanah ini mengakibatkan 10 rumah warga sudah dikosongkan oleh pemiliknya. Sementara 12 rumah lainnya dilaporkan terancam. Sementara itu, kemarin pengungsi menerima bantuan berupa 11 lembar selimut dari relawan Muhammadiyah Disasster Management Centre (MDMC) Kabupaten Cilacap. Bantuan ini diserahkan ke kades untuk dibagikan kepada pengungsi yang membutuhkan. Diharapkan bantuan ini didistribusikan kepada keluarga yang memiliki balita atau manula. (har/ttg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: