Bulan Muhamram, Berkah Bagi Para Dalang

Bulan Muhamram, Berkah Bagi Para Dalang

17 Desa Satu Kecamatan Gelar Wayangan Memetri bumi atau yang dikenal juga dengan selamatan bumi menjadi salah satu kegiatan budaya pelestari wayang kulit. Pasalnya hampir semua desa di Kabupaten Cilacap masih menggelar memetri bumi setiap bulan Sura dalam kalender Jawa atau Muharam dalam kalender Islam. lestari-camat-kroya-serahkan-wayang-kepada-dalang-sikin DARYANTO, Cilacap Bulan Muharam membuat nafas para dalang menjadi semakin lega karena banyaknya panggung yang harus dilakoni. Bahkan sekarang banyak muncul dalang-dalang baru dengan beragam kreasi untuk menarik penonoton. Hal itu diakui Camat Kroya Drs Muhamad Najib yang mengatakan jika 17 desa yang ada di Kecamatan Kroya masing-masing menggelar pegelaran wayang kulit semalam suntuk untuk mengisi memtri bumi. “Ya tentu ini menjadi berkah tersendiri bagi seniman wayang khususnya para dalang yang masih eksis untuk melestarikan bidaya yang satu ini,” kata dia. Dikatakan dia, rata-rata setiap tahun untuk kegiatan budaya setiap desa mengenggarkan Rp 30 juta melalui kepanitiaan tasyakuran desa. Dana tersebut ada yang berasal dari Kas desa dan sebagian lagi merupakan iuran warga. “Ada berbagai cara yang dibuat oleh desa. memang ada yang semua dananya berasal dari kas desa sehingga tidak menarik iuran dari warga,”bebernya. Namun ada juga yang sebagian saja. Bahkan ada juga yang semuanay berasal dari masyarakat. semua itu tergantung kemampuan desa. untuk desa yang kas desanya besar bisa semuanya diambilkan dari kas desa. “Namun bagi yang kecil tentu harus menarik iuran warga. karena itu sudah menjadi tradisi yang masih pelihara, maka hal tersebut dasarnya adalah musyawarah desa,”kata dia. Dia pun berharap agar pagelaran wayang kulit tetap pada upaya untuk menjadikan pagelaran budaya tersebut sebagai perekat masyarakat. Sebab kegiatan budaya memang tidak bisa diukur dengan manfaat langsung. “Namun semua itu sebagai bentuk menjaga kearifan lokal. Sebab keraifan lokal juga mempunyai peran yang strategis dalam menciptakan kedaiamain di masyarakat,”ujarnya. Sementara itu menurut Kepala Desa Pucung Lor Adiran wayang kulit meskipun tidak banyak lagi masyarakat yang menonton hingga usai. Alasannya karena faktor stamina. Namun jika dilihat dari antusiasnya masyarakat masih tergolong tinggi. “Kami hanya mengikuti tradisi yang sudah berjalan. dan itu berdampak baik bagi psikologis masyarakat,”ujar dia. (*/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: