Nakes RSDGJ Gugur, 11 Hari Berjuang Melawan Covid-19

Nakes RSDGJ Gugur, 11 Hari Berjuang Melawan Covid-19

Penghormatan terakhir dari jajaran RSDGJ kepada tenaga kesehatan yang meninggal dunia setelah terpapar covid-19. Radar Cirebon CIREBON - Keluarga Besar Rumah Sakit Daerah Gunung Jati (RSDGJ) sedang berduka. Salah satu tenaga kesehatannya, Tatang Koswara meninggal dunia karena positif Covid-19, kemarin (1/11). Tatang berjuang melawan Covid-19 setelah selama 11 hari dirawat. Dia yang selama ini bertugas sebagai penata laksana ruangan anestesi ini, memang punya penyakit penyerta yakni jantung. Direktur RSDGJ, Dr Ismail Jamaludin saat dikonfirmasi membenarkan, salah satu nakesnya bernama Tatang Koswara meninggal dunia, setelah berjuang melawan Covid-19. https://radarbanyumas.co.id/kematian-dokter-tertinggi-juli-september/ Tatang sempat menjalani perawatan selama 11 hari dan hari Minggu (kemarin, red) pukul 08.45 WIB meninggal dunia setelah berjuang melawan covid. Jenazah almarhum, langsung dimakamkan di TPU Karang Asem Sindanglaut, Kabupaten Cirebon menggunakan protokol Covid-19. Disinggung apakah Tatang Koswara termasuk nakes yang terpapar covid bersamaan dengan 39 nakes, Ismail membenarkan. “Keluarga besar Rumah Sakit Gunung Jati turut berduka cita atas wafatnya nakes kami. Semoga almarhum husnul khotimah dan amal ibadahnya diterima di sisi-Nya,” ujarnya. Sementara, Sekda Kota Cirebon, Drs H Agus Mulyadi juga menyampaikan duka cita atas gugurnya nakes RSDGJ. “Innalillahi wainna ilaihi rojiun, hari ini mendapat informasi, Tatang Koswara perawat anastesi meninggal dunia, karena Covid-19,” kata Sekda. Sekda mengaku cukup mengenal dan hafal sosok almarhum karena pernah menjadi wadir umum keuangan RSDGJ. Menurut Gus Mul, almarhum sempat dirawat, dan meninggal dunia di RSD Gunung Jati karena ada penyakit penyerta yakni jantung. https://radarbanyumas.co.id/empat-dokter-gugur-lagi-akibat-covid-19-total-136-dokter-gugur/ Dia berharap nakes lainnya bisa segera pulih dan sehat kembali. Bagaimanapun juga, nakes adalah garda terdepan dalam bidang kesehatan termasuk garda terdepan penanganan Covid-19. “Mudah-mudahan almarhum diterima iman dan Islamnya,” kata Sekda. Pemerintah Kota Cirebon memberikan apresiasi atas pengabdian tenaga kesehatan dan berharap keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan. Terkait kelanjutan pelayanan rumah sakit pasca meninggalnya salah satu nakes, sekda belum bisamemastikan pelayanan tetap normal atau lockdown. “Belum dapat informasi lanjutan,” ujarnya. Pada kesempatan itu, Sekda juga meminta internal rumah sakit tetap tenang. Dirinya tidak menampik memang secara psikologis berpengaruh kepada nakes, tapi berharap tidak terlalu lama. Sekda juga menyinggung tentang tempat kerja yang karyawannya positif covid, Gus Mul mengakui beberapa hal terkonfirmasi di pelayanan dari luar. Sesuai kajian yang diperolehnya, ternyata tempat kerja yang karyawannya positif tapi enggan tutup sementara dan enggan swab, karena masih ada hal yang berkaitan dengan stigma negative. Sehingga memilih tetap buka. Karenanya, upaya yang dilakukan dengan Dinas Kesehatan yakni melakukan tracing dan swab. “Pelaku usaha tidak mau menutup sementara tempat usahanya, karena tidak mau berpengaruh terhadap operasional usahanya. Kalau tidak mau, maka akan susah. Kita tidak tahu di dalam itu siapa spreader-nya. Makanya perlu kesadaran bersama dari semua pihak, termasuk kalangan pelaku usaha,” ungkapnya. Wakil Walikota Cirebon, Dra Hj Eti Herawati juga menyampaikan duka mendalam atas wafatnya nakes RSD Gunung Jati. Atas kejadian ini, wakil walikota mengajak semua masyarakat untuk sadar bahwa Covid-19 itu ada dan nyata. Oleh karena itu, jadi dianggap enteng. “Ketika ada yang positif covid di lingkungan sekitar atau tempat kerja, hendaknya segera melakukan pemeriksaan swab. Apalagi Pemerintah Kota Cirebon sudah memfasilitasi swab gratis bagi siapa saja yang kontak erat dengan yang terkonfirmasi positif,” ajaknya. Cara ini, menurut Eti, tentu saja tidak cukup pemkot saja, tapi perlu peran aktif dari masyarakat memberikan edukasi kepada masyarakat lainnya agar sadar. “Situasi seperti ini bersama pak Azis (Walikota) kita berusaha keras menyosialisasikanbahwa pandemi ini ada dan belumberakhir. Jadi protokol kesehatan harus ketat,” tegas Wawali. Eti juga menyinggung bahaya pasien terkonfirmasi positif tapi ada komorbit (penyakit penyerta). “Rumah Sakit Gunung Jati sudah lockdown dan perjuangannya luar biasa.” ungkapnya. Eti mencontohkan anaknya yang juga pernah dirawat dan melihat langsung perjuangan nakes yang luar biasa. “Kita pantas menghargai perjuangan nakes. Jangan sia-siakan perjuangan nakes,” pintanya. Dalam satu pekan terakhir, kasus Covid-19 Kota Cirebon terus menanjak. Terlihat dari grafik penambahan kasus dan pada hari Minggu (1/11) sudah mencapai 521. Dilansir dari Pusat Data dan Koordinasi Covid-19 Kota Cirebon, penambahan kasus cukup signifikan terjadi pada hari Selasa (27/10). Dalam sehari terdapat 16 kasus baru. Secara akumulatif, sepanjang pekan ini terjadi penambahan 45 kasus baru. Terhitung 1 November 2020, untuk sebaran kasus berdasarkan kluster didominasi rumah tangga dengan jumlah 273 atau 52,70 persen. Kemudian disusul kluster perjalanan sebanyak 117 kasus atau 22,59 persen. Fasilitas kesehatan 62 kasus atau 11,97 persen, perkantoran 59 kasus atau 11,39 persen, keagamaan 4 kasus atau 0,77 persen, pasar tradisional 2 kasus atau 0,39 persen dan pabrik 1 kasus atau 0,19 persen. Untuk pemeriksaan sample laboratorium, rapid test sebanyak 8.868, reaktif 85. Sedangkan swab/PCR Test sebanyak 7.615, dan positif 518. Untuk kontak erat jumlahnya 1.617, menjalani karantina 770 dan selesai karantina 847. Probable 2. Suspek total 411 terdiri dari 3 isolasi, 401 selesai isolasi, 7 meninggal. Terkonfirmasi total 521, isolasi 156, selesai isolasi 340, meninggal 25. (abd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: