Bandung-Gunungkidul Naik Sepeda

Bandung-Gunungkidul Naik Sepeda

Bandung-Gunungkidul-Naik-Sepeda WANAREJA - Tamin (46), warga Perum Permata Biru Kabupaten Bandung, tergolong nekat. Untuk bisa berlebaran di daerah Semin Kabupaten Gunungkidul, dia rela harus mengeluarkan tenaga lebih ekstra karena memilih moda transportasi berupa sepeda. Dia harus menggowes sepeda kesayangannya dari Bandung dan baru sampai ke Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap, Jumat (1/7) kemarin. "Rencana mau ke Gunungkidul. Berangkat dari Bandung Kamis kemarin jam setengah sembilan pagi," ujarnya saat ditemui Radarmas di cek point Wanareja. Menurut dia, mudik dengan sepeda ini bukan yang pertama kali dia lakukan. Sejak 4 tahun terakhir dia selalu mudik dengan mengowes sepeda miliknya. Untuk bisa sampai tempat kelahirannya di Kabupaten Gunungkidul, dia memerlukan 4 atau 5 hari perjalanan. "Ini yang ke empat mudik pakai sepeda. Biasanya butuh empat atau lima hari," ujarnya. Dia mengaku tidak merasa terbebani dengan beratnya medan jalur selatan yang dipenuhi tanjakan, turunan dan tikungan tajam. Baginya, ini merupakan tantangan yang dicari karena selama ini dirinya sudah terbiasa bersepeda dan tergabung dalam komunitas. Namun demikian, di beberapa rute dia memilih jalur alternatif. Tujuannya menghindari daerah penuh tanjakan berat seperti jalur Majenang-Wangon. Kemarin dia memutuskan untuk melewati rute Cukangleleus-Sidareja-Jeruklegi karena lebih landai. "Nanti mau lewat Sidareja karena rute lebih landai. Beda dengan Majenang-Wangon yang banyak tanjakan," ungkapnya. Setiap mudik dengan sepeda, dia sering beristirahat di posko mudik, kantor polisi atau rumah teman sesama anggota komunitas sepeda, seperti yang dia lakukan pada Kamis malam lalu. Tamin memilih beristirahat di Mapolres Tasikmalaya untuk beristirahat dan baru bangun pagi hari saat makan sahur. "Biasanya tidur di kantor polisi. Kalau ada pos mudik, ya di pos mudik," ujarnya. Kemarin, Tamin mengaku masih tetap menjalankan ibadan puasa. Dia mengaku tidak banyak mengalami hambatan karena sepeda sudah dipersiapkan jauh hari sebelumnya. Sementara fisik sudah terbangun lama berkat latihan rutin. Keputusannya untuk mudik dengan sepeda, sempat mendapatkan tantangan keras dari Esti, istrinya. Perempuan kelahiran Bobotsari ini baru memberikan izin setelah Tamin rutin berlatih dan mendengar cerita dari teman sesama anggota komunitas sepeda bahwa dirinya sudah terbiasa menaklukan rute tanjakan dan medan berat lainnya. "Dulu sempat tidak boleh sama istri. Tapi setelah dirayu dan mendengar cerita dari teman, akhirnya saya diperbolehkan mudik pakai sepeda," kenangnya. (har)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: