Tidak Takut Bocor, Kenang Suami Meninggal di Huntara

Tidak Takut Bocor, Kenang Suami Meninggal di Huntara

Melihat Kehidupan Baru Warga Ujungbarang di Perumahan Relokasi Bencana Penderitaan warga Dusun Ciawar Desa Ujungbarang, sudah berakhir sejak November tahun lalu kala mereka boyongan dari Hunian Sementara (Huntara) ke perumahan relokasi. Rumah sederhana dengan satu kamar tidur itu sekarang dihuni seluruh korban tanah longsor yang terjadi 2012 lalu. HARYADI NURYADIN, Majenang Sebulan terakhir, Rusmini merasakan kehidupan yang jauh berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kini dia bisa menata kehidupan di tempat baru, lengkap dengan anggota keluarga lainnya. Bahkan dia bisa menikmati desiran angin meski panas menyengat di siang hari. Dan jika hujan turun, dia mengaku tidak khawatir lagi atap akan bocor. "Sekarang lebih enak. Kalau hujan tidak takut bocor," ujarnya. Dia kini bisa melakukan aktifitas rumah tangga layaknya kaum perempuan lainnya. Mulai dari urusan dapur, membersihkan rumah sampai mengasuh anak. Selama dia melakukan itu semua, suami tercinta pergi ke hutan untuk menyadap pinus. Kondisi ini, tidak dia rasakan sebelum November lalu. Kala itu dia selalu merasa khawatir jika suami pergi bekerja. Pasalnya, dia tinggal di huntara yang hanya terbuat dari bilik bambu dan beratap terpal. Bangunan ini jauh dari rasa nyaman. "Kalau siang, panas sekali. Kalau hujan serieng bocor," katanya mengingat masa lalu. Perasaan tidak karuan juga dirasakan oleh Kasmah. Bagaiamana tidak, dia harus kehilangan suaminya karena sakit. Kehilangan orang tersayang ini sangat memukul dirinya dan dia alami sekitar 10 bulan lalu. "Suami meninggal saat kami sekeluarga masih di huntara," katanya. Perlahan namun pasti, warga mulai bisa melupakan pahit getir menghuni huntara selama hampir 3 tahun itu. Mereka kini sudah bisa menatap masa depan lebih baik. Hunian ini berada di puncak bukit di Dusun Cipancur Desa Ujungbarang. Dari rumah warga, mereka bisa melihat jalan Ujungbarang-Majenang dan perbukitan sekitar. Pemandangan ini memberikan dorongan pemulihan tersendiri bagi warga setempat. Penderitaan warga selama hampir 4 tahun terakhir inilah yang kemudian mendorong Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Cilacap, memberikan perhatian lebih. Badan yang dibentuk pasca tsunami Cilacap itu memberikan perhatian ekstra. Mulai dari memastikan kebutuhan bahan makanan terpenuhi, sampai masalah lainnya. Hal ini diakui oleh Kepala Desa Ujungbarang, Tarkono. Dia mengaku tidak pernah ada masalah tiap kali meminta bantuan untuk warga pengungsi. Mulai dari sembako, hingga bahan bangunan. "Asal saya minta untuk pengungsi, pasti dikasih sama BPBD," katanya. (*/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: