Konsentrasi di Pendidikan, Raih Doktor Termuda di Cilacap

Konsentrasi di Pendidikan, Raih Doktor Termuda di Cilacap

[caption id="attachment_94991" align="aligncenter" width="100%"]Konsentrasi di Pendidikan, Raih Doktor Termuda di Cilacap Konsentrasi di Pendidikan, Raih Doktor Termuda di Cilacap[/caption] Mengenal Dr Umi Zulfa MPd, Yang Setia Hidup untuk Pendidikan Meraih kesusksesan tidaklah semudah membalik telapak tangan. Butuh perjuangan yang ekstra keras. Seperti halnya Dr Umi Zulfa MPd yang rela tak masuk dunia aktivis dan hanya konsetrasi dipendidikan dan mengurus anak-anaknya. DARYANTO, Kesugihan Pagi itu suasana Kampus Universitas NU AL Ghozali nampak ramai oleh aktivitas mahasiswa yang kuliah pagi. Di salah satu sudut ruangan nampak seorang ibu muda yang sedang menyiapkan sejumlah buku untuk memberikan kuliah para mahasiswanya. Dia adalah Dr Umi Zulfa MPd, dosen pertama yang bergelar doktor yang meniti karir di UNUGHA. Perempuan berkacamata minus itu menceritakan pengalamannya meraih gelar doktor dengan susah payah. Sejak lulus kuliah Umi Zulfa memang sudah bertekad untuk menekuni dunia pendidikan sesuai dengan kuliahnya di Fakultas Tarbiyah STAIN Purwokerto. Karena itu disaat teman-temannya ikut menekuni dunia aktivis, dia memilih konsentrasi mengajar di kampus. "Hampir semua waktu saya selain mengurus rumah tangga semuanya saya curahkan ke kampus,” kata dia. Hal itu karena dia memang ingin mengejar cita-cita menjadi pendidik yang paripurna. Artinya dia tidak mau setengah-setengah dalam menekuni profesinya sebagai dosen atau pengajar. Karena itu kalau semua waktunya didedikasikan untuk pendidikan. “Ya hanya terbagi untuk mengurus anak dan suami saja. Selebihnya untuk pendidikan,” terang ibu dari Nud’ah Rihadatul Azka dan Muhamad Syafi’ Augusta. Dikatakan dia, menjadi seorang pendidik memang harus totalitas. Sebab hanya dengan cara begitu dedikasi dan tanggungjawab sebagai pendidik bisa buktikan. Dia pun mengakui ada yang aktif di dunia pendidikan dan aktif pula di dunia aktivis. “Namun, bagi saya lebih mengutamakan pendidikan terlebih dulu. Sebab itu pilihan profesi yang sudah saya pilih,” ujarnya. Lebaih jauh, Umi Zulfa mengakui jika di dunia pendidikan memang banyak tantangannya. Sehingga untuk meraih apa yang sudah dia peroleh saat ini dia harus mengorbankan waktu luangnya. Artinya hampir tidak ada waktu luang yang dia gunakan untuk bersenang-senang. “Yang penting tugas di rumah selasai dan perhatian kepada anak dan suami sudah diberikan, waktu luang saya gunakan untuk menulis,” bebernya. Sebab tanggungjawab sebagai pembantu rektor di IAIIG maupun di UNUGHA harus dijalani dengan sepenuh hati. Sebab itu amanah yang diberikan oleh para pimpinan terutama para ulama sepuh di lingkungan kampus. “Dan Alhamdulillah meski harus berbagai waktu dengan mengajar, mengasuh anak, menulis dan membimbinga mahasiwa, namun akhirnya kami berhasil meraih gelar itu meski dulu tidak pernah terpikirkan,” ujar dia. Kini dengan  apa yang diraihnya tanggungjawabnya juga semakin meningkat. Namun demikian apa yang selama ini dia kejar sejak kuliah sudah sedikit-demi sedikit tercapai. Untuk itulah dia pun sudah mulai mau berbagi waktu untuk kegiatan sosial. Diapun memilih aktivitas yang tidak jauh dari dunianya, yakni dunia pendidikan. Karena itu diapun tidak menolak saat didaulat untuk menjadi wakil ketua LP Ma’arif Cilacap dan Koalisi Perempuan Indonesai (KPI) Cilacap.(*/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: