Berdiri di Era 70an, Miliki 50 Pendekar Pelatih

Berdiri di Era 70an, Miliki 50 Pendekar Pelatih

Furoni, Pendiri Perguruan Pencak Silat Lokal Majenang KEBERADAAN perguruan pencak silat lokal di Majenang dan sekitarnya, sempat mengalami booming pada 1993. Saat itu, tercatat ada 12 perguruan lokal yang terdaftar di Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) ranting Majenang. Namun, sekarang banyak perguruan lokal yang vakum dari latihan. Salah satu perguruan yang masih bertahan adalah Kijang Kencana yang didirikan oleh Furoni. HARYADI NURYADIN, Majenang Sambil sesekali memperhatikan anak-anak berbaju hitam yang tengah bermain, seorang pria nampak tersenyum. Wajahnya masih menyemburkan rasa gembira karena bisa mengumpulkan kembali beberapa orang yang dia kenal dimasa lampau. Tidak terkecuali sejumlah orang yang pernah merasakan gemblengannya. Beberapa saat kemudian, anak perempuan umur belasan tahun memeluk pinggulnya. Nampak kemesraan diantara keduanya. Sementara anak tersebut nampak ingin memanjakan diri sambil sesekali berujar, seolah meminta sesuatu. "Ini cucu saya dan sekarang ikut latihan pencak," ujar Furoni, pendiri perguruan pencak Kijang Kencana. Perjalanan panjang perguruan ini sudah dimulai pada era 70-an akhir atau menjelang 80-an awal. Kala itu, sejumlah pemuda Desa Cilopadang dan Padangjaya, berlatih keras dibawah bimbingannya. Beberapa dari pesilat tersebut kini sudah berusia diatas 50 tahun. Dan memasuki era 90-an, muridnya sudah mulai membuka tempat latihan di Kecamatan Majenang dan Cimanggu. Saat ini, dia memang sudah tidak terjun langsung memberikan materi latihan bagi pesilat muda. Latihan rutin kini dimandatkan kepada para pendekar yang sudah memiliki sertifikat pelatih. Jumlah mereka diperkirakan sudah mencapai 50 orang lebih. Pelatih ini, katanya rata-rata sudah berlatih minimal 3 tahun dan melalui sejumlah tahap ujian. Mulai dari gerak dasar, hingga ujian khusus untuk bisa menyandang pelatih atau pendekar baik muda maupun utama. "Untuk bisa jadi pelatih, latihan minimal 3 tahun dan harus lulus ujian," katanya. Perguruan ini dimata para murid generasi awal, memang membawa pengaruh besar bagi kehidupan masing-masing. Termasuk melatih mental dan karakter untuk tidak kenal takut meski menghadapi lawan tangguh di ajang resmi. Seperti yang diceritakan Zaenal. Di memiliki cerita yang mungkin sulit dilupakan kala perguruan ini mengirimkan pesilat ke ajang resmi IPSI Kabupaten Cilacap. Kala itu, salah satu temannya harus berhadapan dengan lawan yang memiliki tubuh lebih besar. "Tapi dia tidak takut. Dan bahkan bisa membanting lawan," katanya mengingat kejadian dimasa lampau itu. (*/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: