Petani Biarkan Tanaman Cabai Membusuk di Pohon, Kecewa Harga Turun Drastis
CEK KEBUN: Petani cabai di Bobotsari saat melihat kondisi tanaman cabai yang memasuki masa panen. AMARULLAH/RADARMAS PURBALINGGA - Petani cabai di Kecamatan Bobotsari kini sedang terpuruk. Pasalnya, memasuki masa panen, harga cabai justru turun drastis. https://radarbanyumas.co.id/harga-anjlok-ganjar-minta-asn-borong-cabai-petani/ https://radarbanyumas.co.id/harga-cabai-turun-drastis-di-purbalingga/ Seperti petani di Desa Karangtalun yang memilih membongkar kebun tanaman cabai rawitnya dan menggantinya dengan tanaman terong. Karyono, salah satu petani mengatakan, harga cabai rawit beberapa hari terakhir sangat rendah. Dia memiliki lahan 400 ubin dengan kapasitas tanaman 10 ribu batang bibit cabai. Namun mengetahui harga yang sedang sangat rendah, dia mencabut tanaman cabai dan diganti dengan tanaman terong. “Tanaman cabai saya sudah 10 ribu batang dengan umur tanam 25 hari, saya cabut dan diganti terong,” ungkapnya, Kamis (26/8). Lebih lanjut dikatakan, pilihan mencabut tanaman cabai dan mengganti dengan terong menjadi pilihan yang dinilai tepat. Alasannya, jika diteruskan tanaman cabai maka akan mengalami kerugian yang lebih besar. Sebab, usia tanaman cabai sampai panen membutuhkan waktu sekitar 60 hari. “Daripada rugi lebih banyak, saya cabut saja. Karena menunggu sampai masa panenpun, biaya operasionalnya banyak. Belum lagi saat memetik juga perlu biaya. Harga sedang memprihatinkan,” imbuhnya. Karyono mengatakan, biaya operasional untuk 10 ribu batang tanaman cabai rawit mencapai Rp 15 ribu. Sehingga estimasi modal mencapai Rp 150 juta. Jumlah itu pun belum dengan ongkos saat memanen. “Kalau terong biaya operasional satu batang sekitar Rp 10 ribu, harga jual relatif stabil sekitar Rp 8 ribu. Jadi ya lebih masuk hitungan kalau menanam terong,” rincinya. Sodik, petani lainnya juga mengalami kondisi yang sama. Tak kurang dari 500 batang tanaman cabainya dibiarkan membusuk. Sebab harga cabai di pasaran beberapa hari ini sangat rendah. “Mau bagaimana lagi, dibiarkan saja membusuk karena harga sangat rendah bahkan hampir tidak laku,” katanya. Lebih lanjut dikatakan, tanaman cabainya sudah dua kali petik. Diawal panen, harga perkilogram masih kisaran Rp 12 ribu. Sedangkan pada periode petik kedua, harga sudah Rp 6 ribu. Sedangkan di masa petik ketiga, harga sudah pada level Rp 4 ribu. Kepala Desa Karangtalun, Heru Catur Wibowo mengatakan, mayoritas masyarakat sebagai petani. Berdasarkan informasi yang dihimpun pemerintah desa, ada sekitar 1 hektare lahan yang dibiarkan. Meski sudah masa panen, namun karena tidak dipetik jadi membusuk. “Kalau yang dicabuti dan diganti komoditas lagi itu ada sekitar seperempat hektare,” ujar Heru. Menurutnya, kondisi seperti itu sangat dilematis. Ditengah pandemi para petani harus lebih prihatin lagi dengan harga hasil panennya. Namun ada sebagian petani yang tidak putus asa. Mereka mencoba peruntungan dengan mengganti komoditas lain, salah satunya terong. (amr)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: