Kuswari, Penderita Kanker Laring dari Desa Prigi, Kehilangan Suara, Bernafas dengan Lubang Buatan di Leher

Kuswari, Penderita Kanker Laring dari Desa Prigi, Kehilangan Suara, Bernafas dengan Lubang Buatan di Leher

Pria 56 tahun itu tergeletak lemah di ruang tamu yang sekaligus menjadi ruang tidurnya. Ia nampak gelisah. Beberapa hari ini, warga Rt 02 Rw 04 Desa Prigi Kecamatan Padamara ini mengaku sulit tidur. Hawa dingin di penghujung Juli ini membuat nafasnya makin sesak. Apalagi, kini dia harus bernafas dengan lubang buatan. Hidungnya tak lagi berfungsi setelah dia divonis dokter menderita tumor laring, Juni kemarin. BUDI CAHYO UTOMO, Purbalingga Wajahnya nampak pucat. Matanya cekung pertanda kurang tidur. Saat Radarmas menyapa, Kuswari menjawab tanpa suara. Hanya bibirnya yang bergerak dan tangannya memberi tanda kalau suaranya hilang. Awalnya, Kuswari yang kesehariannya berprofesi sebagai buruh tani ini mengeluhkan batuknya yang tak kunjung sembuh. Dia sudah memeriksakan kesehatannya ke sejumlah dokter. Namun, batuknya tak kunjung membaik. Bahkan, Kuswari mengalami kesulitan berbicara. Awalnya hanya serak. Namun, kian hari suaranya malah makin hilang. Pita suaranya rusak. Dia juga merasakan sakit di tenggorokannya. Sekitar dua bulan kemarin, dia disarankan oleh dokter untuk melakukan pemeriksaan lanjutan ke RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Dari RSUD Goeteng, Kuswari dirujuk ke RSUD Margono Soekarjo, Purwokerto. Pada 25 Juni, Kuswari dan Warni istrinya merasa kaget. Hasil pemeriksaan dokter menyatakan Kuswari menderita tumor laring. Di RSUD Margono ini, dokter memasang alat dengan membuat lubang di bagian leher untuk membantu pernafasannya. Selain membantu pernafasan, lubang ini juga membantu mengeluarkan dahak. Alat ini bisa dibuka dan dibersihkan dengan cotton bud. “Ada benjolan kecil sekitar 7,7 mm. Itu harus diiangkat. Operasinya nanti tanggal 20 Agustus di RS Sardjito, Jogja,” tutur Marni didampingi Heryanti, anaknya. Heryanti menjelaskan, Kamis (25/7), dia mengantarkan Kuswari ke RS Sardjito untuk konsultasi. Dokter di Rs sarjito menyarankan agar Kuswari melakukan uji laboratorium dan CT Scan dulu sebelum dioperasi. “Uji labnya bisa dilakukan di Purbalingga. CT Scan dan operasinya di Jogjakarta,” tambahnya. Warni menceritakan, sama sekali tak menduga bakal menghadapi penderitaan seperti itu. Suaminya yang menjadi tulang punggung keluarga itu sudah tak lagi bisa bekerja. Dia makin bingung memenuhi kebutuhan untuk makan sehari-hari. Apalagi, dia membutuhkan biaya banyak untuk mondar-mandir dari Purbalingga ke Jogya untuk operasi suaminya. “Biaya operasi ditanggung dengan BPJS. Namun, biaya transportasi dan biaya selama menunggu di sana tidak tahu darimana,” tutur Warni sedih. Dia juga sudah meminta bantuan kepada Sekdes untuk membuatkan edaran bantuan kepada warga di wilayah RW 4. Biaya itu sudah dipakainya untuk transportasi dan keperluan lainnya saat berangkat ke RS Sarjito. “Satu kali perjalanan bisa menghabiskan 1,3 juta. Alhamdulillah kemarin dibantu sama warga. Tanggal 20 Agustus besok kami harus menyiapkan dana lagi. Saya bingung,” ungkap Warni. Warni menceritakan, suaminya memang perokok berat. Rokoknya bukan rokok biasa. Namun rokok racikan sendiri alias rokok lintingan. Kebiasaan itu diduga menjadi pemicu sakit suaminya. “Iya begitu. Tiap hari nglinting. Ya mungkin karena itu,” tambah warni.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: