Harga Cabai Sentuh Rp 60 Ribu Per Kg

Harga Cabai Sentuh Rp 60 Ribu Per Kg

MAHAL : Harga berbagai macam cabai naik drastis. HANIF PANDU SETIAWAN/RADARMAS PURBALINGGA - Cuaca ekstrem yang tengah melanda sejumlah daerah, berdampak pada fluktuasi harga kebutuhan pokok masyarakat. Salah satu komoditas yang terdampak yakni cabai. Juju, salah satu pedagang di Pasar Segamas mengatakan, harga cabai saat ini mengalami kenaikan cukup drastis. “Cabai merah belinya Rp 48.000 per kg jualnya Rp 60.000 eceran. Rawit merah Rp 45.000 jualnya juga sama Rp 60.000,” ujar Juju. Sedangkan untuk rawit putih, Juju menjual seharga Rp 40.000 per kg dari harga beli Rp 33.000 dan cabai hijau seharga Rp 28-30.000 dari harga beli Rp 23.000. “Untuk cabai penyebabnya musim kering, jadi hasilnya sedikit. Selain itu juga akan lebaran haji, jadi mulai pada naik,” katanya. Kenaikan harga terjadi pada berbagai jenis cabai, mulai cabai merah besar biasa hingga cabai rawit hijau. Berdasarkan rekapitulasi slide pasar Disperindag Kabupaten Purbalingga pada Rabu (10/7), cabai merah besar mencapai Rp 40.000 per kilogramnya atau naik sebesar 12,50 persen dari harga sebelumnya. Sementara untuk cabai merah besar keriting per kilogram Rp 56.000 atau mengalami kenaikan 8,93 persen. Dua varian lainnya, cabai rawit merah dan rawit hijau mengalami hal serupa. Masing-masing Rp 56.000 per kg (10,71 persen) dan Rp 52.000 per kg (13,46 persen). Kasi Perdagangan Disperindag Kabupaten Purbalingga Johan Arifin mengungkapkan, kenaikan harga cabai disebabkan berbagai faktor. Namun menurutnya, pasokan yang tidak sebanding dengan permintaan menjadi faktor utama naiknya harga cabai. “Harga cabai untuk semua jenis memang sedang cenderung naik, khususnya cabai rawit hijau yang sudah mencapai harga Rp 52.000 per kg. Hal itu disebabkan berkurangnya pasokan di pasar, sementara permintaan pasar cenderung naik,” ujarnya. Selain itu, banyaknya acara hajatan juga menjadi salah satu penyebab naiknya permintaan pasar akhir-akhir ini. “Banyak juga hajatan dan menjelang Idul Adha,” kata Johan. Terpisah, petugas balai penyuluh pertanian Bobotsari, Furqon menjelaskan, faktor cuaca juga berpengaruh pada minimnya pasokan cabai untuk memenuhi permintaan pasar. Dia menuturkan, pada 2018 banyak petani yang bangkrut karena harga saat itu berada di bawah BEP. Sehingga jumlah petani yang menanam berkurang drastis. “Selain itu beberapa daerah sentra cabai ada yang sudah mulai kemarau sejak 3,5 bulan lalu, sehingga banyak yang tidak berani tanam cabai,” jelas Furqon. (nif/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: