Honorer yang Dikenal sebagai Konsultan KTI

Honorer yang Dikenal sebagai Konsultan KTI

TUNJUKKAN : Sumaryo menunjukkan sebagian karya tulis ilmiah yang telah diterbitkan. HANIF PANDU SETIAWAN/RADARMAS PURBALINGGA - Hampir 14 tahun, Sumaryo menjadi guru tidak tetap. Namun hal itu tidak menghalangi guru matematika SMPN 1 Mrebet ini untuk berkarya. Dia sangat aktif membuat artikel maupun karya tulis ilmiah. Bahkan Maryo -begitu dia disapa- dikenal banyak orang sebagai konsultan karya tulis. Maryo menceritakan, hingga saat ini telah tersusun sekitar 10 karya tulis ilmiah (KTI) yang telah diterbitkan. Karya tersebut mayoritas berupa penelitian tindakan kelas (PTK), yang dirancang berdasarkan permasalahan sehari-hari yang ia temui dalam pembelajaran siswa di sekolahnya. “Awal saya menulis KTI pada 2009, saat diikutkan lomba Inovasi Pembelajaran tingkat kabupaten. Saat itu membahas tentang Cooperative Learning Type TAI, yakni model pembelajaran dengan presentasi,” ujar Maryo yang saat itu menempati posisi tiga besar tingkat kabupaten. Sejak saat itu, dia rajin menulis KTI untuk lomba maupun peningkatan pemahaman siswa di sekolahnya. Bahkan pada 2014, karyanya yang berjudul Peningkatan Crep’s Takeshi’s Castle Materi Segitiga dan Segiempat Kelas VII SMPN 1 Mrebet, berhasil membawanya ke peringkat 12 besar nasional. Artikel dari KTI tersebut masuk dalam Jurnal Pendidikan Dasar Provinsi METODIKA, bersama tujuh penulis lain. “Yang saya bangga sekaligus sedih, dari 12 besar nasional, hanya saya yang merupakan honorer atau GTT yang belum memiliki NIK,” kata pria kelahiran Purbalingga, 4 April 1981 yang mulai mengajar sebagai honorer pada 2005. Namun hal itu tidak membuatnya berkecil hati. Dia berkomitmen untuk tetap menulis dan menulis. Bahkan hingga kini tak lagi dapat mendaftar CPNS karena terhalang usia. Seiring waktu berjalan, atas konsistensinya menghasilkan KTI, namanya pun kian terdengar di kalangan guru. Khususnya PNS yang hendak menyusun KTI demi kenaikan pangkatnya. “Masih dari mulut ke mulut. Akhirnya banyak yang mencoba menghubungi saya, baik untuk sekadar bertanya-tanya atau meminta bimbingan,” ujar Maryo. Dituturkan, total ratusan karya ilmiah telah dia gagas untuk para PNS yang berkonsultasi padanya. “Kalau hanya minta dibuatkan terima beres, saya tidak mau. Mereka harus mengetahui bagaimana proses penyusunan karya yang ingin mereka buat. Di luar proses pengetikan, yang memang tidak semuanya sanggup karena terkait kemampuan IT. Mereka harus tetap mengetahui apa yang mereka ingin buat,” jelas dia. Kemampuan menulisnya kini menjadi sumber penghasilan utamanya selain mengajar. Meski demikian, dia mengakui tidak pernah mematok tarif. Kini dia tengah merancang KTI terbarunya yang bertajuk Filosofi Ki Hadjar Dewantara sebagai Alfa dan Omega. Semangat menulisnya pun dia tularkan kepada istrinya yang saat ini mengajar SMA. “Alhamdulillah istri saya kini sudah bisa menghasilkan KTI, dan mulai menyebarkan ilmunya pula ke rekan-rekannya,” katanya. (nif/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: