Sampah Pendakian Gunung Slamet Sampai Tiga Truk
Dari Pendakian Gunung Slamet PURBALINGGA- Kurang dari sebulan atau dalam kurun waktu 17 Juni hingga awal Juli, sampah di pendakian Gunung Slamet melalui Bambangan, cukup mengejutkan. Usai dilakukan pembersihan, sampah yang berhasil dikumpulkan mencapai tiga truk. Koordinator Petugas Posko Bambangan, Slamet Ardianzah mengatakan, sudah memberi peringatan kepada setiap pendaki. Setelah mendaki, wajib membawa sampah yang tidak bisa diurai ke bawah. Namun tetap ada saja sampah menumpuk di pendakian. ANGKUT SAMPAH : Sampah di pendakian Gunung Slamet mencapai tiga truk yang dikumpulkan sejak 17 Juni hingga awal Juli.AMARULLAH NURCAHYO/RADARMAS “Kesadaran pendaki sudah mulai tinggi. Buktinya tetap banyak yang membawa turun sampah anorganik ke bawah. Hanya saja, mungkin ada sebagian lainnya yang lupa dan akhirnya turun tanpa membawa sampah,” tuturnya, Selasa (3/7). Slamet mengakui sudah melakukan terobosan dengan membuat rumah dari sampah botol. Yaitu botol air mineral yang sudah diturunkan ke bawah dan dikumpulkan. Kemudian dirangkai dan disusun sehingga menjadi bangunan rumah. “Sudah kami lakukan inovasi yang kreatif. Minimal bisa mengurangi volume sampah botol dan plastik. Namun tetap ada saja sampah yang terlewat, sehingga mengotori pendakian Gunung Slamet,” katanya. Sebelumnya pada tahun 2016, pembersihan sampah Gunung Slamet juga sudah dilakukan. Bersama gabungan organisasi pecinta alam dan pendaki serta lainnya, jumlahnya saat itu lebih banyak dari volume sampah terakhir ini. Slamet berharap, semua pendaki semakin menyadari jika menjaga kelestarian alam harus diutamakan. Karena alam telah memberikan banyak manfaat dan keindahan, tidak boleh rusak gara-gara sampah. “Selebaran dan aturan serta pemberitahuan soal sampah di pendakian sudah ada sejak lama. Semoga sebelum mendaki, semua pendaki membaca dan menerapkannya di jalur pendakian,” tegasnya. Sementara itu, sejak 11 Juni hingga 25 Juni terdapat 5.647 orang pendaki ke Gunung Slamet melalui Posko Bambangan. “Pasca lebaran justru pendaki tidak banyak. Namun saat liburan pra lebaran justru banyak. Padahal dulu diprediksi, bulan puasa pendakian menurun,” tutur Kabid Pariwisata Dinparpora Prayitno. Para pendaki kebanyakan dari luar kota seperti Yogyakarta, Jakarta, Bekasi. Ditambah pendaki lokal Purbalingga dan Banyumas. (amr/sus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: