Lebaran Ala Warga Palumbungan Wetan Bobotsari

Lebaran Ala Warga Palumbungan Wetan Bobotsari

Rebutan Lele dan Uang Koin PURBALINGGA - Sekitar seratus warga Desa Palumbungan Wetan, Kecamatan Bobotsari, Rabu (20/6) berkumpul di area persawahan. Mereka sedang merayakan lebaran sekaligus memperingati Hari Jadi ke 15 desa di utara Purbalingga. Warga terlihat masuk ke area persawahan. Mereka mandi lumpur untuk menangkap puluhan kilogram ikan lele, uang koin, dan lomba gendong di dalam lumpur. MANDI LUMPUR : Warga Palumbungan Wetan berebutan mencari lele dan uang koin yang disebar di area persawahan. Kegiatan ini diadakan untuk memeriahkan Festival Palumbungan Wetan.AMARULLAH NURCAHYO/RADARMAS Ketua Panitia Sugito mengatakan, Festival Palumbungan Wetan diadakan untuk nguri-uri permainan dan tradisi leluhur serta menghibur pemudik yang pulang kampung. “Daripada nongkrong tidak jelas dan kegiatan yang kurang bermanfaat. Dengan adanya festival ini juga untuk melestarikan budaya, sekaligus mengenalkan jika Palumbungan Wetan kaya aset hiburan dan bermanfaat,” tuturnya. Dikatakan, kegiatan nguri-uri tradisi lama diantaranya Parak Iwak, Berburu Ikan Lele di kolam lumpur hingga parade Orang-Orangan Sawah. Kegiatan tersebut diadakan mulai Selasa (19/6) hingga Jumat (21/6). “Acara ini rutin dilaksanakan sejak tiga tahun lalu di bulan Syawal,” tambahnya. Lebih lanjut Sugito mengatakan, hiburan gratis dan mendidik yang diadakan bisa menjadi pilihan pemudik. Karena hampir 40 persen dari sekitar 1.500 warga Desa Palumbungan Wetan merantau ke luar kota. “Saat berkumpul dengan keluarga, mereka juga mengikuti acara festival yang menampilkan sejumlah tradisi lama,” ujarnya. Sebelumnya, warga juga membuat orang-orangan sawah yang dipasang di sepanjang jalan desa. Kepala Desa Palumbungan Wetan, Munarso mengatakan, warganya dulu sering membuat orang-orangan sawah yang dilakukan untuk mengusir burung dan hama tikus. “Tradisi ini kami kenalkan lagi di festival kali ini,” ungkapnya. Tidak hanya itu, kata Munarso, tradisi parak iwak di sungai juga dilakukan secara turun temurun terutama saat musim kemarau. Warga beramai-ramai dengan menggunakan jala melakukan parak iwak. Ikan yang berhasil ditangkap kemudian dijual dan sebagian dikonsumsi. “Tradisi-tradisi tersebut saat ini hampir punah. Oleh karena itu kami munculkan lagi agar bisa terus dilestarikan,” imbuhnya. (amr/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: