Water Treatment Jarang Digunakan
PURBALINGGA- Peralatan pengolah air (water treatment) milik Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) saat ini nganggur. Alat baru digunakan bila ada permintaan dan kedaruratan bencana. Kepala Pelaksana BPBD Satya Giri Podo mengatakan, saat ini pihaknya hanya menerapkan on call bila ada kejadian darurat yang membutuhkan alat pengolah air. "Kalau jarang digunakan juga tetap dilakukan perawatan dengan mesin dinyalakan dan dicek rutin bulanan. Dipakai terakhir ketika ada pameran di kompleks Gelora Goentoer Darjono," katanya, Selasa (21/11). NGGANGUR : Alat pengolah air milik BPBD jarang digunakan kecuali ada permintaan.AMARULLAH NURCAHYO/RADARMAS Kasi Kedaruratan dan Logistik Muhsoni menjelaskan, alat itu sebenarnya untuk mengolah air di wilayah pemukiman yang kebanjiran dan sudah menikmati air bersih di saat ada kejadian. "Rutin bulanan kami cek lagi. Jika ada permintaan juga siap kami perbantukkan insidental. Namun hingga kini belum pernah ada. Kemungkinan karena sudah ada droping air bersih," tuturnya. Wantoyo, salah satu operator water treatment menuturkan, dengan kondisi air yang keruh dan tidak layak konsumsi, akan diolah melalui alat itu dengan cepat. Ukurannya per galon hanya diolah dalam waktu 3 menit. Jika menginginkan kadar kandungan timbal yang lebih rendah, maka bisa menambah waktu pengolahan menjadi maksimal 15 menit agar lebih sehat. “Dalam satu jam bisa menghasilkan air siap pakai dan konsumsi sebanyak kurang lebih 3.000 liter. Kami sudah pernah mencoba di salah satu institusi dan berhasil menjernihkan dan menyiapkan air bersih dari sumber air yang keruh dan kotor,” tambahnya. (amr/sus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: