Warga Kedungbenda Adakan Ruwat Bumi
PURBALINGGA - Festival Congot di Desa Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon, berakhir Minggu (15/10). Festival yang kali pertama digelar, diakhiri dengan kegiatan sepeda santai, pit-pitan maring Congot yang diikuti lebih dari seribu peserta. Sebelum kegiatan pit-pitan maring Congot, festival yang digelar di pertemuan antara Sungai Klawing dan Sungai Serayu, dimeriahkan dengan prosesi utama Festival Congot yakni ruwat bumi yang digelar, Sabtu (14/10). MERIAH : Festival Congot yang baru pertama kali digelar dimeriahkan dengan ruwat bumi, dimana gunungan hasil bumi diperebutkan warga dan pengunjung.ADITYA/RADARMAS Prosesi diawali dengan satu gunungan yang berisi berbagai hasil bumi setelah didoakan oleh penghulu desa, kemudian diperebutkan masyarakat dan pengunjung. Sedangkan dua gunungan diarak ke Dermaga Sungai Klawing sisi Barat untuk dilarung ke sungai. Bupati Purbalingga H Tasdi SH MM mengatakan, penyelenggaraan Festival Congot yang pertama kali diharapkan akan melahirkan ide-ide baru sehingga kedepannya akan lebih meningkat dan tertata lagi. “Festival Congot ini kegiatannya bukan musyrik. Namun justru untuk mendekatkan diri pada Allah SWT dan mensyukurinya,” ungkap bupati saat memberikan sambutan prosesi Festival Congot. Sebagai bentuk dari rasa syukur, menurutnya, semua harus bisa memelihara dan merawat apa yang sudah diberikan oleh Sang pencipta. Istilahnya di masyarakat Jawa dikenal ruwat bumi atau ngrumat bumi, yakni bentuk dari rasa syukur. Soal seremoni merupakan bentuk dari budaya, namun esensinya satu yaitu membangun hubungan dengan Sang Pencipta kalau Tuhan itu ada. Bupati juga menjelaskan, di bidang Pariwisata tahun 2016 tingkat kunjungan wisata di Purbalingga dikunjungi 1,7 juta wisatawan dan telah menyumbangkan PAD sebesar hampir Rp 12 miliar. Purbalingga di tingkat Jawa Tengah menempati urutan keempat setelah Magelang, Solo dan Semarang dari tingkat kunjungan wisatawan. Sementara itu, Kepala Desa Kedungbenda, Tosa mengatakan, objek kunjungan di Desa Kedungbenda diantaranya Susur Sungai Klawing dan makanan khas kupat landan dengan lauk iwak kali. Selain itu ada berbagai situs purbakala, diantaranya Lingga Yoni dan lainnya. "Saya berharap Kedungbenda tidak hanya dikenal di Purbalingga saja. Namun juga dapat dikenal di tingkat yang lebih luas lagi," harapnya. (adv/tya/sus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: