Angka Kematian Ibu dan Bayi di Purbalingga Tinggi

Angka Kematian Ibu dan Bayi di Purbalingga Tinggi

PURBALINGGA – Kasus kematian ibu melahirkan dan bayi masih tinggi di Purbalingga. Hingga akhir Juni, terdapat tujuh kasus ibu meninggal saat melahirkan, kematian bayi sebanyak 58 kasus, dan kasus kematian balita sebanyak 14 kasus. “Banyak penyebab, diantaranya ibu kurang gizi, KEK (kurang energi kalori), ibu yang menderita anemia atau kurang darah. Semua penyebab itu bisa saling berhubungan, jadi tidak bisa diseragamkan karena masing-masing kasus penyebabnya berbeda,” kata Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Rusman SSos. Dijelaskan, kasus kematian bayi dan balita mayoritas karena berat badan lahir rendah (BBLR). Penyebab utama berat badan lahir rendah berkaitan dengan ibu kurang gizi dan anemia. Kasus balita meninggal karena BBLR ditambah dengan asupan ASI eksklusifnya terhambat. “Ibu hamil itu jangan sampai kurang gizi, KEK, dan anemia. Bisa berbahaya saat proses melahirkan. Setelah melahirkan juga asupan gizinya harus dijaga. Bayi selama enam bulan pertama harus mendapatkan ASI eksklusif,” jelasnya. Rusman menuturkan, merasa prihatin dengan kasus kematian ibu dan anak yang masih tinggi di Purbalingga. Karena itu, pihaknya mengadakan acara pembentukan motivator ASI. Salah satu tujuannya untuk mendorong para perempuan pekerja terutama yang sedang hamil dan menyusui agar senantiasa menjaga asupan gizinya. “Kami mengundang 24 petugas dan karyawan di Purbalingga, terutama karyawan pabrik. Selain itu kami juga mengundang tokoh masyarakat dari Fatayat NU dan Aisyiyah Muhammadiyah yang memiliki anak 1000 HPK (anak yang usianya belum mencapai dua setengah tahun atau seribu hari, red). Kemudian bulan Agustus nanti juga diagendakan acara yang serupa,” imbuhnya. Salah satu karyawan PT Majapuran, Nur Hayati mengatakan, sangat mengapresiasi langkah Dinkes untuk mensosisalisasikan pembentukan motivator ASI. Pengetahuan yang didapatkan bisa ditularkan kepada rekan-rekannya di perusahaan. “Di Purbalingga lebih banyak karyawan perempuan daripada laki-laki. Setelah ini diharapkan bisa memotivasi karyawan yang sedang hamil dan menyusui agar menjaga gizinya, mengaplikasikan ASI eksklusif, dan menyiapkan makanan pendamping ASI yang bergizi,” jelasnya. Dia berharap, rekan-rekannya bisa menyusui anak sampai umur dua tahun. Memiliki inisiatif menyusui dini dan bisa bekerja tanpa melalaikan tugasnya sebagai seorang ibu. (gal/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: