Paguyuban Benda Pusaka Purba Aji Purbalingga "Pamer" Koleksi Saat Pertemuan Rutin Bulanan

Paguyuban Benda Pusaka Purba Aji Purbalingga

Tukar Pengalaman dan Koleksi Benda pusaka peninggalan leluhur ternyata masih banyak peminatnya. Bahkan ada satu paguyuban yang beranggotakan orang-orang yang hobi mengoleksi benda pusaka, Paguyuban Benda Pusaka Purba Aji Purbalingga. Bagaimana kiprah dan kegiatan paguyuban ini? KOLEKSI : Anggota paguyuban membawa koleksinya saat pertemuan rutin bulanan. (AMARULLAH NURCAHYO/RADARMAS) AMARULLAH NURCAHYO, Purbalingga Memasuki ruangan yang berukuran cukup luas, nampak benda pusaka kuno seperti keris, mata tombak dan lainnya terlihat berjajar rapi. Ada yang di lantai, papan peraga, dan etalase. Ya, ruangan itu sedang digunakan untuk berkumpulnya anggota Purba Aji. Anggota komunitas yang terdiri dari berbagai profesi, dan usia, memenuhi ruangan di salah satu bangunan yang ada di Jalan Kapten Sarengat Purbalingga sambil duduk lesehan. Puluhan keris berjajar dengan warangkanya. Satu persatu mereka mulai mengecek dan melihat dari dekat benda pusaka yang sudah diakui Unesco itu. Salah satu pegiat paguyuban, Chune Yulianto menjelaskan, beberapa penggemar, kolektor dan pecinta keris dan benda pusaka mulai menunjukan koleksinya. Bahkan rata-rata ada yang membawa lebih dari dua keris. “Saat ini kami lebih mengedepankan koleksi keris dan benda pusaka di Purbalingga dan sekitarnya. Jadi lebih nguri-uri peninggalan leluhur kita, terutama di Purbalingga yang kebanyakan peninggalan jaman raja-raja Mataram Islam di masa lampau,” ungkap pemilik rambut panjang ini. Menurut Chune, dengan adanya paguyuban, bisa sebagai antisipasi agar benda-benda peninggalan leluhur tidak lari keluar negeri. Selain itu juga menjaga bersama dari jangkauan kolektor yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. “Ketika akan menjual keluar negeri agar mempertimbangkan kembali, karena benda pusaka warisan adiluhung,” tambahnya. Ketua Paguyuban, H Hartono menuturkan, tidak menyangka salah satu keris koleksinya pernah ditawar hingga puluhan juta. Padahal dia tidak pernah berniat menjual keris tersebut. "Tapi kolektor yang pengin beli tetap memaksa, akhirnya saya pasang harga Rp 100 juta," ujarnya. Menurutnya, bukan karena ingin melebih-lebihkan soal keris, namun bentuk, riwayat dan sejarah keris langka dan mahal harganya. “Kami saling bertukar pengalaman dan informasi soal benda pusaka. Kalaupun sedang beruntung, ada yang tukar koleksi dan ada juga yang sampai jual beli,” ungkapnya. Meski begitu, paguyuban ini lebih mementingkan saling bersilaturahmi antar anggota. Sehingga selain akan tetap solid, semua perkembangan soal benda pusaka bisa terpantau lebih awal. (*/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: