Latifah, Penderita Lumpuh Asal Dukuh Batur, Panusupan Purbalingga Belum Tersentuh Penanganan Medis
Bingung Prosedur Jamkesmas, Habiskan Masa Kecil di Dipan Masa kecil nan indah dan ceria tak pernah dirasakan oleh Latifah. Sejak hadir di dunia ini, bocah yang kini berusia enam tahun itu hanya dapat tergolek di dipan kayu tanpa kasur. Dipan yang menjadi tempat tidur sekaligus tempat "bermainnya", menjadi saksi bisu perjalanan hidupnya nan pilu. Latifah mengalami lumpuh, namun tak pernah tersentuh pengobatan di rumah sakit. LUMPUH : Latifah hanya tergolek di dipan kayu. Bocah enam tahun ini lumpuh dan belum pernah menjalani perawatan medis di rumah sakit. (BUDI CAHYO UTOMO/RADARMAS) BUDI CAHYO UTOMO, Purbalingga Tubuhnya kecil, berat badannya baru 11 kilogram. Tangan kiri dan kedua kakinya nampak kaku. Jari-jarinya melengkung tak beraturan. Tatap matanya yang sayu penuh tanya saat Radarmas berkunjung ke rumahnya di Grumbul Batur, RT 1 RW 9 Desa Panusupan, Kecamatan Rembang. Suasana makin ngenes saat Radarmas mengamati kondisi rumah orangtua Latifah, Turyono (46) dan Sarmini (33). Udara dari Puncak Batur dengan mudah menembus celah dinding rumah yang terbuat dari kayu dan gedek atau anyaman bambu. Air hujan nampak menetes dari atap rumah, jatuh di lantai pojokan rumah itu. Sarmini mengisahkan, saat mengandung anak ketiganya itu, ia sering sakit-sakitan. Mungkin hal ini yang menyebabkan Latifah lahir dengan kondisi lemah. Anak keduanya, Felin (14) juga perkembangannya tak secepat anak seusianya. Namun, bisa berkembang lebih baik meski saat ini baru duduk di kelas 4 SD. "Belum pernah ke rumah sakit. Kalau ke posyandu sering. Bidan desa di sini juga sering mengunjungi Latifah, ngasih susu sama biskuit," tutur Sarmini. Sarmini bersama Turyono nampak pasrah. Selain harus banting tulang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, mereka juga harus rajin merawat Latifah mulai dari memandikan, menyuapi makan, mengganti popok dan lainnya. "Makan ya seadanya. Wong Bapak hanya mengandalkan penghasilan dari menjual batu. Mencari batu kali dan dijual kepada orang yang membutuhkan. Tapi saat ini sedang sepi, jadi banyak nganggurnya," tambah Sarmini. Turyono mengatakan, dia memiliki kartu Jamkesmas. Namun sama sekali belum digunakan untuk pengobatan Latifah. Persoalan ekonomi menjadi penyebab utamanya. Meski gratis, mereka bingung menanggung biaya non medis seperti transportasi, biaya menunggu selama di rumah sakit dan juga biaya untuk kebutuhan anak-anak lainnya saat ditinggal ke rumah sakit. Turyono dan Sarmini yang lulusan SD, nampaknya masih cukup bingung dengan prosedur penggunaan kartu Jamkesmas. Baginya, urusan perawatan medis di rumah sakit merupakan persoalan yang tidak mudah. Selain pendampingan dari masyarakat, mereka juga membutuhkan motivasi dan bantuan. Relawan Lazismu bersama dr Setyana Eka dari Klinik PKU Muhammadiyah Purbalingga belum lama ini menyempatkan mengunjungi Latifah. Berdasarkan pengecekan sementara, Latifah membutuhkan penanganan bertahap. Selain memperbaiki kondisi fisiknya dari segi asupan gizi, Latifah juga membutuhkan penanganan fisioterapi. Hal itu membutuhkan dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: