Grup Musik Keroncong Nadya Dewi dan Nadya Dewi Putri Purbalingga Sering Tampil di Event Nasional dan Internasi
Diam-diam Kabupaten Purbalingga memiliki grup musik keroncong yang diakui di tanah air. Di Purbalingga, ada dua grup musik yang identik dengan musik serupa yang dibawa oleh pelaut Portugal saat berlabuh ke Indonesia abad 16 ini. Bagaimanakah kiprah grup yang diberi nama Nadya Dewi dan Nadya Dewi Putri ini? ADITYA WISNU WARDANA, Purbalingga Penonton yang hadir saat pentas musik keroncong di Pendapa Dipokusumo, Sabtu (17/9) malam lalu, dibuat kagum dengan penampilkan beberapa perempuan yang tergabung dalam Grup Keroncong Nadya Dewi. Grup yang dikomandoi Nandang Wijaya, Ketua Himpunan Artis Keroncong Indonesia (Hamkri) Jawa Tengah, penampilannya begitu memesona. Sederet prestasi sudah diraih grup musik yang rutin berlatih di Gedung Keroncong yang berada di Jalan Kirana Purbalingga. Nadya Dewi sering mewakili Kabupaten Purbalingga mengikuti lomba di berbagai event regional dan nasional. Terbaru, mereka akan mengikuti Lomba Keroncong Tingkat Provinsi Jawa Tengah di Semarang, 24 September 2016. “Dalam lomba tersebut, setiap wakil dari berbagai daerah akan mengirimkan satu grup musik keroncong dengan penyanyi putra dan putri dan satu instrument,” jelasnya. Nandang yang sudah 17 tahun membina dan melestarikan musik keroncong di Purbalingga berharap, agar Nadya Dewi dapat mengharumkan Purbalingga di tingkat Jawa Tengah. Tak hanya itu, grup ini juga sudah memiliki pasangannya yakni Nadya Dewi Putri. Grup ini dibentuk pada Januari 2007, dan berawal dari keinginan beberapa ibu untuk membentuk grup keroncong. “Kami benar-benar dari nol. Kami berlatih di aula keroncong belakang rumah saya,” kata Retnowati, istri Nandang. Bulan Maret di tahun yang sama, mereka diundang salah satu stasiun televisi lokal di Banyumas untuk mengisi acara Hari Kartini. Mereka sangat serius. Bahkan agar saat latihan personelnya lengkap, Retnowati rela menyiapkan mobil antar jemput. “Waktu itu kami juga mendapat undangan dari Pemda Purbalingga untuk tampil di Pendapa Dipakusuma dalam rangka Hari Kartini,” kenang perempuan yang sebelumnya memegang alat musik bass ini. Karena kesibukan sebagai istri, kata dia, mereka harus pandai membagi waktu supaya bisa latihan. Pernah, salah satu personel grup harus latihan sambil momong cucu karena cucunya tidak mau ditinggal. Diceritakan Retnowati, pada 2008, mereka pernah tampil di TVRI Jawa Tengah. Penampilan mereka di blantika musik keroncong berlanjut. Desember 2009 mereka direkomendasikan tampil di Festival Keroncong Internasional di Keraton Surakarta. “Sebelum manggung, kami merasa biasa-biasa saja. Namun begitu di atas panggung dan disaksikan ratusan mata, jantung ini terasa berdebar kencang,” kenang Bendahara Hamkri Pubalingga ini. Sementara itu, Nadya Dewi Putri merupakan grup keroncong perempuan di Jawa Tengah yang masih eksis. Setiap Senin malam mereka selalu mengasah kemampuannya. ”Kalau di Solo, kalau mau latihan mereka bayar Rp 10 ribu. Tapi di sini tidak sama sekali. Malah dijemput, diwedangi, dipaciti, dan diantar pulang,” jelas Nandang. (*/sus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: