Uniknya Buah Klemba Desa Limbasari Purbalingga - Makan Satu Buah, Minum Air Putih Terasa Manis Seharian
Hampir sebagian besar buah memilikinya secara alami. Namun siapa sangka, ada buah yang sudah berpuluh-puluh tahun dan saat ini sudah langka bahkan konon hanya di Desa Limbasari, justru memiliki rasa manis yang tak bisa hilang hampir seharian. Namanya buah Klemba. Jika menelan satu biji, minum air tawar maka akan terasa manis dan sedikit wangi seharian. AMARULLAH NURCAHYO, Purbalingga Desa Limbasari yang berada di Utara wilayah Kecamatan Bobotsari ternyata menyimpan keistimewaan alam. Selain panorama pegunungan yang indah, pesona batik, dan lainnya, desa itu juga memiliki buah Klemba yang selalu dikaitkan dengan asal-usul nama desa itu. Yaitu nama gabungan Klemba dan Sari menjadi Desa Limbasari. Namun terlepas dari asal usul desa itu, buah yang semakin langka ini masih ada di wilayah Dusun I. Yakni sekitar beberapa ratus meter dari pertigaan Kantor Desa Limbasari. Populasinya yang semakin langka dan memiliki rasa khas manis yang tak pernah hilang hingga seharian, membuat buah yang berada di umbi tanaman Klemba itu terus di uri-uri pemiliknya. Gunawan, tokoh masyarakat desa setempat mengaku, sudah sejak kecil buah Klemba dikonsumsi. Bahkan sebelum kakek-neneknya, sudah ada tanaman itu di wilayah Dusun I. Agar manisnya terasa, usai mengunyah harus minum air putih atau air tawar. “Saat memakannya, buah atau bunga berbentuk umbi itu harus dikupas dan bisa meninggalkan rasa manis dan wangi yang serasi. Anehnya, meskipun satu buah kecil dimakan, air tawar, es dan lainnya tetap terasa manis,” kata suami dari Kepala Desa Limbasari ini. Letaknya yang ada didasar tanaman dan tertutup bunga dan berwarna kuning, akan semakin membesar jika siap konsumsi. Setidaknya tiga bulan setelah berbunga, buah atau bunga yang ada dapat dikonsumsi. Tak banyak yang menanam buah ini, namun saat ini masih ada beberapa yang membudidayakannya. Minimal di dekat rumah. “Sekilas, daunnya mirip pohon palem. Hijau dan keras serta bergerigi. Tinggi maksimal tak lebih dari satu meter. Sampai saat ini belum ada yang bisa mengalahkan manisnya,” tuturnya. Gunawan berharap masih ada yang bersedia menjaga kelangsungan tanaman dan buah Klemba. “Warga yang mau ikut membudidayakannya tak akan kesulitan. Karena sifat tanaman yang akan membuat tunas sendiri dan berkembang ke titik-titik lainnya di lokasi yang sama,” katanya. (*/sus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: