Derita Nenek Manisah, Warga Purbalingga Wetan Alami Lumpuh, Rumah Reot, Dua Anaknya Stress

Derita Nenek Manisah, Warga Purbalingga Wetan Alami Lumpuh, Rumah Reot,  Dua Anaknya Stress

Manisah-sementara-ikut-anak-bungsunya-Miftah-Radarmas PURBALINGGA- Malang benar nasib Manisah, warga Purbalingga Wetan ini. Janda lansia berusia 70 tahun ini, menderita lumpuh dan tinggal satu rumah dengan dua anaknya yang menderita gangguan jiwa. Unarto, saudara dekat Manisah sekaligua tetangga mengatakan, kondisi itu sudah berlangsung sekitar tiga tahun lalu. Saat itu, Manisah jatuh dan tidak bisa berjalan. "Awalnya karena jatuh, mungkin tulang belakangnya patah sehingga tidak bisa jalan sampai sekarang. Pernah mau dibawa ke rumah sakit tapi menolak, karena merasa tidak ada yang bisa merawat atau menunggu dan menjaga, sebab dua anaknya stress dan satu lagi sudah berkeluarga," kata dia. Dua anak perempuannya menderita gangguan jiwa sejak belasan tahun yang lalu. Menurutnya, faktor ekonomi menjadi penyebab gangguan kejiwaan itu. "Yang anak pertama usia sekitar 50 tahun stress sejak 10 tahun lalu, yang anak keduanya lebih dulu mengalami gangguan jiwa dua tahun sebelumnya," ungkapnya. Anak pertama Manisah, sudah berkeluarga dan punya dua orang anak laki-laki. Anak pertama, lanjutnya, berusia 18 tahun dan anak kedua usia 17 tahun. Mereka kini tinggal dengan ayahnya di Kemangkon, tapi kabarnya anak kedua tinggal di panti asuhan. "Mereka tidak cerai, tapi begitu mengetahui istrinya menderita gangguan jiwa, suaminya pulang ke rumah orang tuanya di Kemangkon dan anak-anaknya dibawa semua," paparnya. Sementara itu, anak sulung Manisah, yang berusia sekitar 50 tahun, belum berkeluarga. Mungkin karena banyak fikiran, mengingat ekonomi dan kondisi rumah dan adiknya, si sulung justru ikut mengalami gangguan jiwa. "Yang tua kadang-kadang mengamuk, agak galak. Tapi yang satunya agak mendingan, tidak terlalu galak. Mungkin, kalau keduanya diobati masih bisa ditangani," ujarnya. Rumah yang mereka tinggali pun, tidak layak huni. Sebab, tidak memiliki WC ataupun kamar mandi pribadi. Kondisi itu, lanjutnya, sudah berlangsung sangat lama. "Manisah tidak mungkin tinggal bertiga dengan anaknya yang stress, bahkan karena tidak ada wc pribadi, mereka kadang membuang kotoran secara sembarangan," ucapnya. Unarto menambahkan, dengan kondisi seperti itu, Manisah terpaksa tinggal di rumah anak bungsunya, Sutarko, yang tinggal tidak jauh dari rumahnya yang sudah reot itu. Di rumah Sutarko pun sebenarnya bukan tanpa masalah. "Di rumahnya, Sutarko juga seorang duda dengan dua orang anak. Istrinya meninggal saat anak keduanya baru berusia dua tahun. Nasibnya sangat kasihan, menderita bertubi-tubi, ditinggal istri meninggal, ibunya lumpuh, dua saudaranya menderita gangguan jiwa," jelasnya. Sutarko menjelaskan, penghasilannya sebagai pedagang tidak seberapa. Namun, dia harus merawat ibunya, membiayai pendidikan anaknya serta merawat dua saudaranya yang menderita gangguan jiwa. "Secara ekonomi jujur kurang mampu, kartu sosial hanya punya KKS (Kartu Keluarga Sejahtera), sementara ibunya juga tidak mendapat bantuan PKH (Program Keluarga Harapan)," tuturnya. Dia berharap, agar pihak terkait dan Pemerintah kabupaten dapat membuka mata bahwa masih banyak potret kemiskinan di Purbalingga. Bahkan ini terjadi di wilayah perkotaan. "Semoga bupati dan pihak terkait sadar dengan nasib yang diderita oleh rakyatnya dan lebih peduli kepada rakyat miskin," pungkasnya. (mif/bdg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: