Tak Bisa Masuk Stadion, Bupati Marah-Marah

Tak Bisa Masuk Stadion, Bupati Marah-Marah

Pagelaran Tari Pecahkan Rekor MuRI PURBALINGGA - Bupati Purbalingga H Tasdi SH MM tak bisa membendung amarahnya, ketika akan membuka acara pemecahan rekor MuRI Pagelaran Tari Turi-turi Putih oleh anak usia dini terbanyak, di Stadion Goentoer Darjono, Rabu (4/5) lalu. FTAKemarahan bupati muncul, karena iring-iringan mobil dinas bupati tak bisa masuk, melalui pintu sebelah barat. Sebab, pintu ditutup menggunakan dua batang bambu, oleh pengelola parkir stadion. "Apa-apaan ini. Ini merugikan masyarakat," cetusnya. Bupati marah, karena ulah dari pengelola parkir stadion tersebut membuat banyak kendaraan pelajar yang ikut pemecahan rekor MuRI tak bisa masuk ke stadion. Tak hanya itu, karena hanya ada satu pintu masuk yang dibuka, yakni pintu sebelah timur, antrean kendaraan pengantar siswa mengular hingga ke depan Kantor DPD Partai Golkar Purbalingga. Kecewa dengan pengelola parkir, bupati memerintahkan Kepala Dinbuparpora Purbalingga Drs Subeno, selaku pengelola stadion untuk menghadap dirinya. Warga yang melihat aksi bupati, mendukung apa yang dilakukan olehnya. Dia meminta kepada pengelola parkir, untuk memperbaiki manajemen parkir di stadion. Sebab, selama ini banyak mendapatkan keluhan dari masyarakat. Sementara itu, pagelaran tari Turi-turi Putih oleh 8.565 anak usia dini, yang digelar oleh PD IGRA Purbalingga dan Kementria Agama Purbalingga berhasil mencatatkan diri di Museum Rekor Indonesia (MuRI). Rekor ini merupakan catatan rekor MURI ke 7.421. “Setelah kami lakukan verifikasi terdapat 8.560 peserta anak usia dini ditambah Bupati dan tim sehingga jumlah keseluruhan 8.565 peserta,” kata Deputi Manajer MURI Aryani Siregar. Bupati Purbalingga H Tasdi SH MM mengatakan, terkait pemecahan rekor MURI Tari Turi-turi Putih, menurutnya memiliki tiga filosofi. Yakni filosofi spiritual, sosial dan kultural. Dari sisi spiritual, kegiatan ini melatih anak mengenal siapa Tuhannya. Sedangkan aspek sosial, mempertemukan banyak anak dengan para orangtuanya untuk saling mengenal dan bersilaturahmi. Lalu aspek kulturalnya, membangun budaya sejak dini bagi anak-anak usia dini dengan mengenalkan sholat itu apa, bagaimana mereka belajar dan bermain. (tya)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: