Sembuh, Tiga Pasien Corona Dihadiahi Jamu oleh Jokowi

Sembuh, Tiga Pasien Corona Dihadiahi Jamu oleh Jokowi

FIN BERIKAN JAMU: Menkes RI Terawan Agus Putranto memberikan jamu yang biasa diminum presiden kepada tiga pasien sembuh total, Senin (16/3) Senyum merekah keluar dari bibir Menteri Kesehatan (Menkes RI) Terawan Agus Putranto saat menyambangi Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta Senin (16/3). Awalnya dia mengecek kondisi pasien virus corona dan fasilitas RSPI. Tapi kabar baik pun diterima. Tiga pasien sembuh total dari virus yang disebut Covid-19 itu. Menkes pun menghadiahi jamu dari Presiden Jokowi untuk tiga pasien yang sempat menghebohkan jagat maya itu. Ya, fakta ini tentu membantah sejumlah statmen yang menyebut virus ini sulit disembuhkan dan rentan terhadap kematian. Kenyataan ini pun, menjadi inspirasi dan semangat bagi mereka yang kini tengah terbaring melawan penyakit yang dinyatakan telah pandemi dunia. Dalam jumpa pers, Menkes Terawan memang menampakan kegembiraannya. Dan entah dari mana jamu itu, yang pasti ia mengatakan oleh-oleh berupa jamu itu dari Presiden Joko Widodo untuk ketiga pasien tersebut. ”Ini khusus ya. Oleh-oleh ini berupa jamu ramuan dari bapak presiden sendiri supaya bisa menjaga daya tahan tubuh dan imunitasnya, supaya juga tetap sehat terus. Dan pesan Bapak Presiden mohon apa yang sudah disiapkan ini bisa nantinya diminum dan dinikmati menjadi tambah kesehatannya. Untuk itu saya akan serahkan dua buah oleh-oleh untuk dibagi bertiga,” tutur Terawan. Terawan kembali mengimbau masyarakat agar tidak takut atau cemas dan panik terhadap Virus Corona, karena virus penyebab pneumonia ini bisa disembuhkan. Hanya saja membutuhkan waktu dan perawatan rutin. ”Intensitas perawatan, disiplin ini menjadi kunci dalam proses penyembuhan. Ini membuktikan bahwa Covid-19 bisa ditangkal,” ucapnya. Setelah dinyatakan sembuh dari virus corona, pasien 03 muncul dalam konferensi pers bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Selain pasien 03, hadir pula pasien 01 dan 02 pun dinyatakan sembuh. Kepada wartawan, pasien 03 menceritakan kiat agar sembuh dari virus corona. Salah satunya tidak panik menanggapi mewabahnya virus corona. Meski demikian masyarakat harus waspada dan memperhatikan kebersihan dan kesehatan diri. Sebab virus corona termasuk penyakit yang self limiting disease atau dapat disembuhkan dengan imunitas tubuh. ”Kalau dari saya pesannya untuk masyarakat Indonesia yang sekarang panik agar tidak panik, karena virus ini yang Pak Yuri (Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto) sudah sering sampaikan bahwa penyakit ini self limiting disease," katanya. Ada beberapa kiat yang perlu dilakukan agar terhindar dan sembuh dari Virus Corona. Seperti meningkatkan imunitas tubuh, menjaga kebersihan, dan mengonsumsi makanan bergizi. ”Jadi kita punya kekuatan dari diri kita asal kita disiplin. Minum air putih yang banyak, istirahat yang benar, asupan gizi, vitamin, imunitas, dan personal hygiene yang ketat,"” katanya. Pesan dia yang lainnya adalah taat ketika diminta melakukan self distancing atau pembatasan sosial. ”Dengarkan saran dari pemerintah kalau kita diminta melakukan pembatasan sosial untuk sementara ya kita lakukan sebaik-baik mungkin,” ujarnya. Saat diberikan jamu, pasien 01, 02, dan 03 itu terlihat tersenyum dan bersemangat saat Menkes menyatakan, mereka telah berhasil melawan virus yang sempat menjangkit tubuh mereka. Ketiga orang tersebut berdiri berjajar dan mengenakan kebaya. Ketiganya merupakan perempuan dan sempat dirawat di RSPI Sulianto Saroso. Dua di antara pasien tersebut merupakan ibu dan anak. Terawan menyerahkan hadiah kepada tiga mantan pasien virus corona itu. Hadiah tersebut terbilang unik sebab berasal dari Presiden Joko Widodo. Terawan memberikan termos berwarna silver yang ternyata isinya adalah jamu. Termos tersebut berjumlah dua. Dua orang berbagi satu termos karena tinggal satu rumah. ”Jamu dari ramuan Bapak Presiden, supaya dapat menjaga daya tahan tubuh, supaya sehat terus,” kata Terawan. Terawan mengatakan, Jokowi berpesan agar jamu tersebut diminum agar ketiganya dapat menjaga kesehatan. Mereka tersenyum dan tampak gembira. Bahkan satu di antara mereka sempat mengacungkan termos dengan semangat. Seperti diberitakan sebelumnya, pasien 01 diduga tertular virus corona dari WNA asal Jepang. Pasien 01 merupakan perempuan dan WNI yang berusia 31 tahun. Ia bertemu dengan WNA Jepang di sebuah klub dansa pada 14 Februari 2020. Sementara pasien 02 merupakan ibu dari pasien 01. Ia berusia 61 tahun. Kasus 01 dan 02 diumumkan Presiden Jokowi pada Senin (2/3). Kedua pasien tersebut merupakan penari dan penggiat seni. Pasien 03 masih berhubungan dengan klaster kasus 01. Ia merupakan wanita berusia 33 tahun. Pasien 03 memiliki keluhan batuk, flu, dan suhu tubuh 37,6 derajat. Setelah Terawan memberikan penjelasan, Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto juga membeberkan beberapa fakta yang terjadi pada pasien yang sembut termasuk perkembangan yang ada di Jakarta, Jawa Tengah termasuk Banten. ”Kami bersyukur dan bangga bahwa selama proses perawatan berjalan dengan baik. Bahkan kita sudah melakukan dua kali berturut-turut pemeriksaan terhadap pasien 1, 2 , 3 dan virus ini benar-benar negatif. Artinya secara fisik tidak ada keluhan. Sehat dan kemudian secara laboratoris sudah tidak ada lagi virus yang ada di dalam tubuhnya,” papar Yuri. Kondisi ketiga pasien tersebut sudah memiliki imunitas untuk kebal terhadap infeksi Virus Corona. ”Oleh karena itu kami berterima kasih atas kerjasamanya dan rekan-rekan sekalian bisa melihat bahwa yang bersangkutan dalam kondisi sehat walafiat,” kata dia. Pada kesempatan itu, Yuri juga menyampaikan beberapa pesan dari Presiden Jokowi untuk disampaikan ke publik dalam mengatasi pandemi. Yang pertama untuk segera bisa mengendalikan penularan dan penyebaran penyakit ini maka kuncinya hanya satu, segera temukan kasus positif di masyarakat kemudian lakukan isolasi agar tidak menjadi sumber penularan di tengah masyarakat. ”Ini sebenarnya diwujudkan dengan bentuk kegiatan pressing artinya penelusuran kasus dari kasus yang kita rawat di rumah sakit kita akan telusuri alamatnya di mana, kemudian 14 hari terakhir sebelum dia masuk ke rumah sakit itu apa saja aktivitasnya,” kata Jokowi. Dari sinilah, pemerintah bisa mencari kemungkinan-kemungkinan adanya kontak baru dan kemudian kontak baru ini dilakukan pemeriksaan manakala diyakini bahwa kontak ini adalah kontak dekat dan disertai adanya gejala mata. Dikatakan, pressing tidak lagi mengenal batas wilayah administrasi. Bisa saja pasien itu dirawatnya di wilayah administratif DKI Jakarta tetapi ia beralamat di luar DKI dan kemudian dia memiliki aktivitas kontak di luar provinsi DKI juga di luar Jawa. ”Misalnya seperti itu, maka hal ini sangat mungkin terjadi. Oleh karena itu ini menjadi penting dan harus kita lakukan mudah-mudahan ini bisa dipahami dan inilah menjadi upaya kita tidak melaksanakan pressing,” urai Yuri. Sudah barang tentu, kata Jokowi, dengan adanya tracking yang semakin gencar dilaksanakan maka akan semakin banyak kasus positif yang temukan akan semakin meningkat. Tetapi sekarang tidak berarti bahwa semua kasus positif harus diisolasi di rumah sakit. Ada beberapa kasus positif tanpa gejala yang akan dilakukan karantina. ”Kita lakukan isolasi di rumahnya secara mandiri. Pedoman tentang bagaimana melaksanakan isolasi diri, pedoman tentang bagaimana melaksanakan karantina diri sudah dibuat oleh Kemenkes dan diunggah di website www.kemenkes.co.id," terangnya. Ada juga pasien yang ditemukan di Jawa Tengah namun diyakini pasien tersebut melakukan kontak dengan orang yang positif corona sebelum dia sampai di Jawa Tengah. ”Kontaknya ternyata di Jakarta karena beberapa hari sebelumnya dia bepergian ke Jakarta dan kemudian kontak dengan kasus yang positif Jakarta maka tempatnya Jakarta tetapi aktivitas dia di Jawa Tengah,” terang Yuri. Ditambahkannya lagi, contact tracing ini bukan pekerjaan yang mudah. Memerlukan partisipasi masyarakat secara penuh. Kasus menular basis pengendaliannya harus pada masyarakat. Terkait perkembangan virus corona, kata ia, ada penambahan 17 kasus di antaranya satu orang dari Banten, satu orang dari Jawa Barat, satu orang dari Jawa Tengah dan 14 orang dari DKI Jakarta. (fin/ful/acd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: