Dampak Corona, Pabrik Elektronik RI Terancam Setop Operasi

Dampak Corona, Pabrik Elektronik RI Terancam Setop Operasi

ilustrasi JAKARTA – Penyebaran virus corona belum ada tanda-tanda akan berakhir. Sementara pasokan bahan baku elekronik domestik yang diimpor dari Cina pada pertengahan Januari 2020 segera habis. Bila sampai April belum mendapatkan bahan baku, sebagian pabrik elektronik di Indenesia terancam setop operasi. Selama ini, pasokan bahan baku elektronik dibuat di Wuhan, Provinsi Hubei. Saat ini, kota tersebut tengah lumpuh, tak ada aktivitas akibat keganasan virus corona yang sampai saat ini telah menewaskan lebih dari tiga ribu orang. Korban tewas terbanyak di Cina yang mencapai 2.944 orang. Ketua Gabungan Elektronika dan Alat-Alat Rumah Tangga (GABEL) Oki Widjaja mengungkapkan, sudah dua bulan produsen elektronik di Indonesia tak mendapatkan pasokan bahan baku dari Cina. “Impor terakhir kira-kira dua Minggu sebelum Tahun Baru Imlek kemarin. Kira-kira pertengahan Januari ya, jadi sudah dua bulan lah,” kata dia, kemarin (10/3). Padahal lanjut dia, selama ini Indonesia sangat bergantung pasokan bahan baku dari Negeri Panda itu. Pasalnya, akibat virus corona pabrik bahan baku di sana juga ikut berhenti beroperasi. Sampai saat ini, belum ada tanda-tanda akan ada impor bahan baku. “Produsen-produsen yang berada di Indonesia ini mengimpor komponen-komponennya dari Cina. Jumlahnya bervariasi antara 40 persen sampai 80 persen dari nilai produk akhirnya,” ujarnya. Bahan baku, kata dia, biasanya mampu bertahan selama satu hingga 1,5 bulan. Sementara sekarang ini sudah dua bulan belum juga bahan baku elektronik akan masuk. Alhasil, pabrik eletronik di Indonesia sebagian “Yang mengkhawatirkan sekali, bila ini benar-benar shipment (pengiriman) dari komponen-komponen (elektronik) itu sampai tidak terjadi sampai akhir bulan ini, pasti kami akan menghentikan produksi, sebagian dari kami akan menghentikan produksi,” ucap dia. Dia memperkirakakan, pada bulan April 2020 sejumlah pabrik elektronik di Indonesia akan berhenti produksi apabila tak mempunyia sisa bahan baku. Kendati begitu, ada kabar baiknya kalau pabrik di Cina khususnya di Wuhan sudah mulai beroperasi. Namun, menurut dia, pabrik di Cina belum beroperasi secara optimal. Dia memperkirakan antara 20 hingga 40 persen pabrik di Wuhan yang sudah buka. “Jadi belum full produksinya nanti,” kata dia. Sekjen Gabel Daniel Suhardiman menambahkan, dalam persoalan mewabahnya virus corona pemerintah kemungkinan telah menyiapkan antisipasi, misalkan memberi insentif bahan baku yang didatangkan dari Cina menjadi lebih murah. “Insentif bisa berupa pengurangan beban biaya logistik, energi, dan sebagainya,” kata Daniel. Seharusnya, kata Danie, dengan kondisi seperti saat ini, pemerintah harus memberikan kemudahan investasi bagi investor yang akan masuk ke Indonesia, seperti Vietanam, Thailand, atau Malaysia. “Ya bisa saja berupa keringan pajak, pengadaan lahan, aturan tenaga kerja, dan mendukung peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pengembangan riset,” tukasnya. Jumlah korban meninggal sampai dengan Sabtu (7/3) 3.480 orang. (din/fin/acd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: