Moncong Pesawat "Ngebor" Tanah Tiga Meter

Moncong Pesawat

[caption id="attachment_98640" align="aligncenter" width="100%"]badan pesawat super tucano yang sudah tidak berbentuk di bawa ke tepi jalan LA sucipto untuk di angkut 11/02 badan pesawat super tucano yang sudah tidak berbentuk di bawa ke tepi jalan LA sucipto untuk di angkut 11/02[/caption] Mesin Hidup Selama 10 Menit saat Pesawat di Tanah MALANG- Bisa dibayangkan betapa kerasnya hunjaman pesawat Super Tucano  TT 3108 ke tanah di pemukiman warga Jalan LA Sucipto, pada Rabu pukul 10.09 (10/2). Pesawat buatan Brazil itu  itu sampai bisa ”ngebor” tanah sedalam hampir tiga meter. Bekas lubang menganga usai pesawat dievakuasi sempat terlihat pagi kemarin. Saat dievakuasi, bodi pesawat yang dipiloti Mayor (Pnb) Ivy Safatillah itu remuk redam. Tidak ada bagian yang utuh. Ketika sudah jatuh ke tanah,  mesin pesawat dalam kondisi masih hidup. Baling-baling terus berputar dan mengebor tanah selama sekitar sepuluh menit. "Jadi mesin tidak mati waktu jatuh sehingga masuk menembus tanah seperti mengebor,"  jelas Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna saat konferensi pers. Akibatnya kemudian ialah badan pesawat tertancap ke dalam tanah. Pesawat membuat getaran yang sangat dahsyat hingga tembok rumah di sekitarnya runtuh. Evakuasi tidak bisa dilakukan dengan cepat. Tubuh pesawat baru mulai terlihat setelah tujuh jam dievakuasi. Itu bersamaan dengan ditemukannya jasad Serma Syaiful Arief Rahman selaku co-pilot atau juru mesin udara. Evakuasi baru bisa dimulai setelah ada traktor yang masuk ke lokasi pada sore hari (10/2). Secara perlahan kemudian reruntuhan disingkirkan sedikit demi sedikit. Dilakukan dengan penuh hati-hati karena di dalam badan pesawat masih ada bahan peledak. Ada 11 catridge dan dua tabung roket pelontar yang ditemukan masih aktif. Ini oleh petugas lanjut dievakuasi ke Lanud Abdulrahman Saleh. Sekitar pukul 21.30 WIB ditemukan bagian tubuh lain dari Serma Syaiful lainnya yang terpisah. Sekitar pukul 23.00 WIB evakuasi kemudian dihentikan karena kondisi saat itu sudah gela. Proses evakuasi kembali dilanjut sekitar pukul 08.00 WIB kemarin (11/2).  Kali ini hanya sisa puing-puing pesawat saja dan mencari Flight Data Recorder (FDR) yang belum ditemukan. TNI AU dibantu TNI AD, Brimob, serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang. Sekitar pukul 09.15,  FDR ditemukan. Benda itu  menancap di dalam tanah hingga sedalam  tiga meter lebih.  "Benar FDR sudah ditemukan. Isinya masih akan kami pelajari. Hasilnya nanti menunggu,” jelas Kapentak Abd Saleh Mayor Sus Hamdi Londong. Yang membuat miris adalah diketemukannya kembali potongan jasad Serma Syaiful untuk yang ketiga kalinya. Padahal sekitar pukul 11.00 jenazah sudah dijadwalkan untuk dikebumikan di Taman Makam Pahlawan, Untung Suropati, Jalan Veteran, Kecamatan Klojen. Syaiful tewas dengan bagian tubuh yang terpotong-potong ini sebab memilih bertahan di dalam pesawat. Diperkirakan dia  hendak mempertahankan kendali pesawat yang ditinggal melompat oleh pilot Mayor (Pnb) Ivy  Safatillah. Meskipun nyawa Ivy juga tidak  selamat  karena parasut yang dia kenakan ternyata terlepas. Dengan posisi duduk yang tidak jauh dari moncong pesawat tentu tubuh Syaiful mengalami tekanan cukup dahsyat. Apalagi baling-baling di depan saat itu juga terus berputar. Sehingga sangat wajar jika beberapa bagian tubuh dari Syaiful kemudian terpisah-pisah. Investigasi Tuscano Bisa Berbulan-bulan Insiden jatuhnya pesawat tuscano membuat berbagai elemen masyarakat terus mendesak penjelasan dari pihak TNI. Mulai dari penyebab dari jatuhnya pesawat uji coba itu hingga kasus perampasan dokumentasi yang dilakukan oknum di lokasi kecelakaan. Sayangnya, TNI mengaku belum bisa memberikan jawaban pasti karena mengaku masih dalam proses investigasi. Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Tatang Sulaiman mengatakan, saat ini proses penyelidikan kecelakaan di Malang tersebut ditangani secara internal oleh TNI Satuan Angkatan Udara(AU). Menurut laporan yang diterima, tim investigator TNI AU sudah mulai bergerak di Malang untuk memeriksa detil informasi terkait pesawat dan awak-awak yang terlibat. "Saat ini, puing-puing pesawat diamankan sementara di Landasan Udara Abdurrahman Saleh. Kalau saya sendiri mendapatkan informasi bahwa saat ini  pihak Brazil (produsen pesawat Tuscano, Red) memang belum dilibatkan. Tapi, langkah penyelidikan pasti berkembang sesuai dengan kondisi kedepan," terangnya saat dijumpai usai kunjungan ke PT Dirgantara Indonesia (DI) di Bandung kemarin (11/2). Terkait prediksi penyebab jatuhnya pesawat, dia pun mengaku tak mau berspekulasi. Menurutnya, TNI secara tegas akan menunggu hasil investigasi resmi dari tim investigasi. Hasil tersebutlah yang nanti akan dibuat evaluasi terhadap pengelolaan dan pengadaan armada pesawat militer di Indonesia. "Seberapa lama penyelidikan itu juga tak bisa diprediksi. Bisa saja prosesnya memakan waktu berbulan-bulan. Karena banyak aspek yang harus ditelaah secara berulang-ulang. Penyelidikan pesawat komersial saja bisa sampai satu tahun," tegasnya. Terkait insiden perampasan dokumentasi dari wartawan oleh oknum TNI, pihaknya mengaku bahwa hal tersebut hanyalah salah paham dari ketegangan situasi. Menurutnya, kejadian seperti ini bukan satu-dua kali terjadi. Namun, bukan berarti TNI berniat menghalangi pekerjaan wartawan. (zuk/abm/bil/dis)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: