Bisa Bikin Katana Para Samurai

Bisa Bikin Katana Para Samurai

Mpu Kadir saat bekerja di workshop besi miliknya di Desa Kediri, Karanglewas, Banyumas 50 Tahun Empu Kadir asal Desa Kediri Bergelut dengan Besi Profesi pandai besi hampir jarang lagi ditemui di Banyumas. Salah satu yang bertahan lama ialah Empu Kadir asal Desa Kediri, Karanglewas. Ahmad Kadir atau dikenal dengan sebutan Empu Kadir sudah bertahan lebih dari lima puluh tahun sebagai pandai besi. Namanya di kalangan petani ataupun penggemar senjata tajam sudah begitu cetar membahana. Ditemui di bengkel kerjanya, sebuah bangunan semi permanen seluas 10x9 meter, suara bising dari besi yang saling beradu bersahutan. Empu Kadir tengah membantu anak buahnya yag kebanyakan masih kerabatnya dalam membentuk besi menjadi arit. "Arit, cangkul, parang, dan peralatan tani lainnya kami buat," jelas Kadir. Sepak terjangnya di dunia pandai besi sudah cukup lama. "Saya pegang palu membuat arit sejak berumur enam tahun," kata bapak kelahiran tahun 1950 ini. Pengalaman masa kecil itu turut menempanya. Peralatan buatan Kadir diminati banyak orang. "Lalu pada umur 12 saya sudah buka bengkel sendiri," jelasnya. Menurut Kadir, proses pembentukan besi menjadi barang yang berguna membutuhkan waktu yang tak cukup lama. Mulai dari melebur besi, melipat, menempa, dan membentuk lalu memoles hanya memakan waktuseharian. "Ini adalah seni, perlu perhitungan, suhu yang dibutuhkan, dan desain dalam membentuk serta kualitas ketajaman barang," kata dia. Bersama sekitar delapan orang asistennya, sehari Kadir dapat membuat satu kodi arit. Kadir juga menerima pesanan senjata tajam lainnya seperti kukri, parang, golok sembelih bahkan pedang katana yang digunakan pasukan samurai. Senjata pesanannya dibanderol dengan harga beragam, mulai dari Rp 300 ribu hingga jutaan rupiah. Bukan tanpa kendala, profesi yang digeluti Kadir hingga puluhan tahun ini kerap mengalami pasang surut. Apalagisudah banyak pabrikan yang membuat perkakas alat pertanian dan senjata tajam yang lebih modern. Bahkan rekan seprofesinya banyak yang gulug tikar. "Kami mengutamakan kualitas, jadi yang sudah langganan tidak akan berpaling ke yang lain," ujarnya. Dari hasil kerajinannya ini, produk Kadir sudah menembus pasar hingga ke luar pulau. "Alhamdulillah pelanggan sudah sampai ke pulau Sumatra dan Kalimantan. Kalau Jawa sudah merata," ungkapnya. Ia berharap agar anak keturunnanya kelak dapan meneruskan profesinya yang sudah jarang ditemui ini. (ALI IBRAHIM, Purwokerto)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: