Pasar Jadi "Kambing Hitam" Sampah

Pasar Jadi

NUMPUK : Di Pasar Tambak, pengangkutan sampah diangkut seminggu sekali, sehingga sering menumpuk. FIJRI RAHMAWATI/RADARMAS KEMRANJEN - Minimnya tempat penampungan sampah sementara, membuat warga di sejumlah lokasi nekat. Mereka membuang sampah ke area pasar. Akibatnya, pengelola pasar sering harus terlibat mengelola sampah pasar yang terus menumpuk. "Justru yang terjadi sekarang, pasar menjadi kambing hitam pembuangan sampah," ujar Kepala Pasar Buntu Sri Suparyadi Handoyo, Selasa (19/3). Betapa tidak, warga yang kesulitan membuang sampah. Sebab tidak ada tempat penampungan sampah sementara. Akibatnya, pasar dijadikan lokasi pembuangan sampah. Selanjutnya, pengelola pasar dipaksa untuk terlibat dalam persolaan sampah yang kian semerawut. Dia enggan menjaga pasar dari ulah warga pembuang sampah. "Pengelola pasar tidak mempunyai tupoksi untuk menangani sampah. Pengelola pasar disuruh bergantian berjaga dari sore hingga dini hari untuk menghalangi warga buang sampah di pasar. Kami tidak mau," tegas Sri. Menurut dia, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyumas juga turut bertanggung jawab atas sampah warga yang dibuang ke pasar. Sebab tidak seharusnya tempat penampungan sementara ditutup. Sedangkan pengelolaan sampah di hanggar belum maksimal. Warga membuang sampah di pasar bisa dimaklumi, meski seharusnya tidak diperbolehkan. Namun masih lkebih baik ketimbang warga melempar sampah ke sungai atau sembarangan di pinggir jalan. Kepala Pasar Tambak, Supriyadi mengatakan, sampah di Pasar Tambak masih diangkut seminggu sekali. Meskipun demikian, pengelola sering membakar sampah sendiri supaya tidak menumpuk. (fij)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: