Dari Bahan Tatah Candi Hingga Kayu Nagasari, Bahrun Munawir Ciptakan Keris Baru Untuk Kebumen Sumunar 2045

Dari Bahan Tatah Candi Hingga Kayu Nagasari, Bahrun Munawir Ciptakan Keris Baru Untuk Kebumen Sumunar 2045

Bahrun Munawir, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA). --

Rancang RPJP Kebumen 2045, Bahrun Munawir Tuangkan Idenya Dalam Bentuk Keris dan Buku

Bagi anak muda diera gempuran teknologi saat ini tidaklah banyak yang tertarik akan keris, bahkan saat ini banyak yang mengaitkan sebuah keris dengan hal-hal yang mistis. Namun tidak bagi Bahrun Munawir, seorang kepala badan termuda di Kabupaten Kebumen ini mampu menciptakan keris berbahan dari tatah candi dan motif tentang alam Kabupaten Kebumen.

Ahmad Saifur Rohman, KEBUMEN

Adalah Sang Arsyanendra Amertabhumi, nama yang disematkan dalam keris milik Bahrun Munawir, pejabat muda asal Kabupaten Kebumen yang dahulunya bernama Kabumian, pejabat muda ini memiliki pikiran yang berbahaya, sehingga ia bergejolak dengan batin dan pekerjaannya dituangkan dalam bentuk pusaka. Idenya tak hanya dituangkan dalam wujud seni tak benda berupa keris namun juga dituangkan dalam bentuk tulisan sebuah buku.

Dalam pembuatan keris ini Bahrun Munawir mampu memadukan karya seni rupa tempa logam di tengah era modernisasi saat ini. Bahrun Munawir mampu membuat maha karya yang dinarasikan dengan epic dan detail. Keris karyanya dinamai Sang Arsyanendra Amertabhumi, bukan hanya sekedar keris, namun symbol bagaimana seorang pemuda sederhana mendedikasikan hidupnya untuk membangun dan kemajuan daerah tempat kelahirannya.

Bahrun Munawir merupakan orang paling muda saat ini di jajaran PNS Kebumen yang menjabat Eselon II. Meski paling muda namun ia harus mengemban Amanah dan Tugas sebagai kepala perencanaan daerah yakni Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA). Seorang kepala perencanaan itu memiliki tugas yang berat, bahkan ada sebutan dalam rumor jajaran PNS adalah orang nomor dua setelah Sekretaris Daerah (Sekda). Bagi seorang paling muda, tidaklah mudah mengemban tugas berat menjadi seorang kepala perencanaan daerah, namun Bahrun mampu dan membuktikan dari wujud gejolak batin dan pikirannya dilampiaskan dengan maha karya, Sang Arsyanendra Amertabhumi.

Ditengah kesibukannya sebagai Kepala perencana muda, Bahrun mampu membuat karya seni sebuah keris yang memadukan setiap jengkalnya dengan tugas yang ada di pundaknya yang terus beradu dengan fisik, pemikiran dan batinnya, menyatu dengan konsep pembangunan untuk Kabupaten Kebumen dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) selama 20 tahun kedepan berjudul Kebumen Sumunar 2045. Curahan pikiran, batin, serta doa yang senantiasa dipanjatkan itu tertulis dalam buku dan tertuang pada badan keris dan wadahnya.

Bagi anak muda saat ini tidaklah banyak yang tertarik akan keris, bahkan saat ini banyak yang mengaitkan sebuah keris dengan hal-hal yang mistis dan menganggapnya kuno. Namun dari tulisan dan karya keris Bahrun justru mengedukasi bagi kaum muda bahwa sebuah tradisi kesenian harus terus dilestarikan dengan mode jaman yang selaras. Cara pandang Bahrun dalam menarasikan keris adalah cerminan dirinya sebagai perencana muda yang memiliki tugas penentu kemajuan sebuah daerah.

Sang Arsyanendra Amertabhumi adalah cerminan bahwa sebuah karya yang diciptakan dengan curahan pikiran, batin dan doa akan melahirkan keindahan, meski dalam prosesnya banyak menemui rintangan yang terkadang tidak sesuai dengan angan. Namun bahwa perjuangan pasti menemui takdirnya, dan sebuah masa adalah sebuah keniscayaan untuk berganti, tetapi sebuah tekad akan melewati halang rintang akan sampai pada hikmah keindahan terbaik. Jika perjuangan pembangunan untuk sebuah kemaslahatan niscaya banyak doa terbaik yang terus dilantunkan tanpa diketahui.

Dalam narasi buku kerisnya, Bahrun mampu memadukan potensi dan keunggulan Kabupaten Kebumen. Ia menuangkan seluruh penggambaran potensi alam dengan kehidupan dalam wujud pamor keris. Ukiran demi ukiran Sang Arsyanendra Amertabhumi memiliki makna tersendiri seiring dengan jenjang perjalanan kehidupan.

"Awalnya hanyalah dalam dialog batin saya seorang putra daerah dari Kabupaten Kebumen, kemudian sebuah keris lahir dari perpaduan warisan suci dan mimpi masa depan. Namanya Sang Arsyanendra Amertabhumi lebih dari sekadar pusaka, ia adalah doa yang ditempa dalam baja," kata Bahrun.

Meski apa tampilan luar tampak muda dan sederhana, Keris Sang Arsyanendra Amertabhumi saat dibuka menunjukan kematangan yang seakan bersiap mengemban tugas berat dengan benturan halang rintang di medan pertempuran kehidupan yang fana. Disisi lain, pada gagang keris yang dibuat dengan kayu keras dan langka yakni Kayu Nagasari, sehingga bernilai tinggi dan bersejarah membuktikan kesiapan untuk genggaman kuat tanpa goyah untuk tugas berat menopang kematangan pamor saat menjalankan tugas.

Seperti namanya Sang Arsyanendra Amertabhumi yang memiliki arti Pemimpin suci yang menjaga tanah dan air. Selayaknya sang pembuatnya ia merupakan pejabat negara yang selayaknya menjaga tanah airnya. Karena dengan tanah bisa membuat tumbuh, dari air yang mendinginkan dan memberikan sumber kehidupan. Namun juga pada akhirnya semua akan disucikan dengan air sebelum dikembalikan menjadi tanah.

Keris bisa menjadi teman, beradu pemikiran gejolak kehidupan. Keris itu akan tetap abadi, hanya akan bersilih ganti, mencari sang penerus mencari teman baru mencari tuan baru. Namun bisa juga hanya menjadi barang antik yang jarang terusik dan mulai hilang isi. Seperti halnya bahwa pertemanan bukanlah sebatas kepentingan, namun melengkapi setiap pemikiran dan membantu setiap keadaan.

Berbahan dari material tatah candi keris Sang Arsyanendra Amertabhumi dibuat oleh empu muda bernama Krisna Singomenggolo Putro asal Malang Jawa Timur. Sedangkan kerangka kerisnya sendiri dibuat khusus oleh Mranggi asal Imogiri Yogyakarta bersama Agus Suryono.

"Sang Arsyanendra Amertabhumi ini adalah bukti bahwa dalam setiap penciptaan yang bermakna, selalu ada peran orang-orang luar biasa di belakangnya. Keris ini bukan hanya tentang bentuk fisik yang indah, tapi juga tentang jejaring doa, harapan, dan dukungan dari mereka yang percaya pada mimpi Kebumen Sumunar 2045, dan juga melestarikan Profesi Mpu, Meranggi, dan Pembuat Pendok serta mengedukasi generasi muda," kata Bahrun.

Keris ini memiliki Tujuh Luk atau tujuh lekukan bilah keris dengan motif lekukan penggambaran Sungai Lukulo dan potensi alam Kabupaten Kebumen termasuk potensi tempat habitat penyu sebagai fauna pesisir selatan yang menetaskan tukiknya.

"Keris ini memiliki Keluk 7, pembuatnya Dhapur Megantoro Pudhak Setegal, Pamornya dari Penggawak Wojo Tiban Kendhit, kemudian Kinatah Lung Melati dan Penyu. Tujuh luk yang akan menjadi penanda visi Kebumen Sumunar 2045 seolah berbicara padanya "SUMUNAR", Tujuh huruf, tujuh luk, tujuh langkah menuju Kebumen yang bercahaya," katanya.

Karya luar biasa ini didedikasikan oleh Bahrun Munawir untuk negara dan tempat kelahirannya Kabupaten Kebumen. Pria kelahiran 1986 ini pertama kali berkarir menjadi PNS pada 2010 - 2012 sebagai Staf Bappeda. Kemudian pada 2012 - 2012 menjadi Ajudan Bupati Kebumen. Pada 2012 - 2016, ia menjabat Kasubid Pemerintahan dan Pendidikan Bappeda. Kemudian pada 2017 Kasubag Perencanaan, Pengendalian, Evaluasi dan Pelaporan Bagian Pembangunan Setda. Karirnya terus meningkat, pada 2017 - 2019, ia dipercaya sebagai Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan.

Tak lama setelah itu, pada 2019 - 2021 Kepala Bidang Izin Usaha Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Sebelum jadi Kepala Bappeda, dia pernah menjadi Sekcam Prembun, Camat Kuwarasan, Sekretaris Bappeda, Camat Kebumen, dan kemudian ia mengikuti seleksi dan terpilih sebagai Kepala Bappeda, menggantikan Edi Rianto yang diangkat menjadi Sekda dan mewarisi Sabar Irianto mantan Kepala Bappeda Kebumen yang juga guru spiritualnya. (fur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: