Nama Terdaftar Gus Mur, Nama Panggilan Bunda

Nama Terdaftar Gus Mur, Nama Panggilan Bunda

[caption id="attachment_98137" align="aligncenter" width="100%"]Caption: Para anggota Agus Agus Bersaudara (AAB) mengadakan pertemuan pertamanya di Sekolah Alam, Bogor, Jawa Barat pada minggu (7/2) lalu. Caption: Para anggota Agus Agus Bersaudara (AAB) mengadakan pertemuan pertamanya di Sekolah Alam, Bogor, Jawa Barat pada minggu (7/2) lalu.[/caption] Tekad Para Agus Mengalahkan Sugeng dan Asep Agus-Agus Bersaudara tumbuh cepat karena nama Agus bisa ditemukan di suku mana saja dan dipakai pria maupun perempuan. Tak mau tawari para pejabat negara, harus sukarela bergabung. AGUS WIRAWAN, Bogor YANG paling dihindari semua orang yang meriung di Sekolah Alam, Bogor, itu akhirnya terjadi juga. Seseorang, mungkin spontan karena melihat ada orang yang dikenalnya, berteriak, "Guuus." Seketika belasan orang yang tengah berteduh di bawah salah satu pohon menoleh semua. Yang memanggil bingung karena tak menyangka orang sebanyak itu adalah "temannya" semua. Yang dipanggil juga tak kalah bingung, Agus mana yang dimaksud? Maklum, yang berkumpul pada Minggu siang (7/2) itu semuanya Agus. Mereka berada di sana untuk menghadiri Pertemuan Agus-Agus Bersaudara (AAB). Karena semua bernama sama, jadi, yang hadir ke sana hampir pasti berangkat ke rumah dengan satu bekal yang dicamkan betul di benak: jangan pernah meneriakkan "Gus" atau "Agus" jika tak mau bingung sendiri. Agus Mulyadi, ketua umum AAB, menjelaskan, panitia pun sudah berusaha keras mencegah kebingungan tersebut. Karena itu, seluruh peserta diminta menuliskan nama yang disukai di meja registrasi. "Di sini wajib punya nama panggilan Gus. Saya, misalnya, panggilannya Gus Mul," katanya. Pria asal Sumedang, Jawa Barat, tersebut menegaskan, di AAB tidak boleh punya nama panggilan yang sama. "Jadi, kalau anggota baru bernama Agus Mulyono, dia tidak boleh pakai Gus Mul karena itu sudah punya saya. Harus cari nama lain. Misalnya, Gus No atau Gus Yon, hehehe," katanya. Bukan perkara sepele sebenarnya mencari nama panggilan di AAB. Sebab, sudah ada 2 ribu Agus yang tergabung. Praktis, hampir pasti sudah ada yang memakai panggilan Gus A sampai Gus Z. Kesulitan lebih besar dihadapi para anggota perempuan. Kewajiban memakai Gus membuat nama panggilan mereka menjadi agak membingungkan. "Nama saya Agustina Muradi, ikut AAB panggilannya Gus Mur. Seperti cowok, tapi teman-teman biasa panggil bunda," katanya, lantas terkekeh. Gus Mul juga mengaku tak menyangka pertumbuhan AAB bakal secepat ini. "Pernah dalam sehari ada 200 orang yang mendaftar," ungkapnya. Padahal, AAB baru didirikan pada 13 Desember 2015 oleh Agus Mulyadi (Gus Mul), Agus Nuryanto (Gus Nur), Agus Taman (Gus Tam), dan Agus Rohadi (Gus Roh). Keempatnya berasal dari daerah yang berbeda-beda dan dipertemukan melalui grup Facebook. Dengan bantuan penyebaran melalui Facebook dan website, kini mereka sudah memiliki perwakilan di 20 provinsi di seluruh Indonesia. Gus Mul menargetkan, pada Agustus 2016, jumlah anggota AAB sudah mencapai satu juta orang. Tidak hanya dari dalam negeri, tapi juga luar negeri.  "Saat ini sudah ada bule dari Australia, namanya August (ikut bergabung, Red). Juga dari Hongkong, Singapura, dan banyak lagi," katanya. Agus memang salah satu nama yang paling populer di Indonesia. Menurut Bendahara AAB Agus Teguh alias Gus Te, Agus bisa ditemukan di suku mana saja. Juga, bisa dipakai pria atau perempuan, dengan segala variannya. Misalnya, Agustiono (pria) dan Agustina (perempuan). Itulah yang membuat Gus Te yakin AAB bisa mengalahkan komunitas nama yang lain dari segi jumlah anggota. Misalnya, Komunitas Sugeng atau Asep. "Sugeng atau Asep itu tidak ada yang perempuan. Sedangkan kami punya banyak nama Agustina atau Agustini," ungkapnya. Di kalangan pejabat negara pun, banyak yang bernama Agus. Di antaranya, Ketua KPK Agus Rahardjo, Menteri Keuangan Agus Martowardojo, Wakil Ketua PPATK Agus Santoso, dan Pangdam Wirabuana Agus Surya Bakti. "Anaknya (mantan presiden, Red) Pak SBY juga namanya Agus Harimurti Yudhoyono," tambahnya. Hanya, dia mengaku para tokoh dan pejabat itu belum masuk keanggotaan Agus-Agus Bersaudara. Pihaknya tidak akan menawari mereka masuk AAB. Sebab, dia ingin keanggotaan terjadi secara sukarela. "Kalau mereka mau masuk, silakan. Tapi, perlu diingat, di sini tidak ada raja. Semua sama," tegasnya. Dari segi latar belakang, Sekjen AAB Gus Nur menyatakan, komunitas itu beranggota orang dengan berbagai macam profesi. Mulai pengusaha hingga paranormal. "Kalau saya lihat, 60 persen wirausaha, 20 persen pegawai swasta, 10 persen PNS dan TNI-Polri, sisanya lain-lain. Sepertinya nama Agus hoki jadi pengusaha," terangnya. Pihaknya berharap, dengan adanya acara Brotherhood Offline Meeting (BOM), anggota AAB bisa memperluas relasi dan persaudaraan. "Intinya adalah menambah kenalan. Siapa tahu bisa bekerja sama dalam bisnis tertentu. Salah satu tujuan kami adalah kesejahteraan para pemilik nama Agus," ujarnya. Selain itu, ajang perkenalan tersebut bisa membuka informasi tentang lowongan pekerjaan. Itu pernah terjadi. "Pernah ada anggota yang tanya lowongan kerja teknisi. Eh, kebetulan ada yang punya bengkel mobil. Ya sudah, langsung diterima saja. Apalagi sama-sama anggota AAB," tuturnya. Saking banyaknya orang yang bernama Agus di Indonesia, tak sedikit anggota AAB yang mengaku pernah menghindari dipanggil Agus. Bahkan sempat memprotes, minta diganti. Seorang pria asal Wonogiri bernama Agus Widodo, misalnya, mengaku sempat protes diberi nama Agus karena dia tidak lahir pada bulan Agustus, melainkan 16 Desember 1977. "Ceritanya, waktu itu bapak tidak di rumah saat saya lahir. Akhirnya, pakde yang kasih nama. Artinya pembawa kebaikan," jelasnya. Ketika pulang, bapaknya juga sempat protes kepada si pakde. Namun, hingga saat ini, nama Agus Widodo belum pernah sekali pun diubah. "Telanjur di-bubur abang (selamatan, Red), hahaha," ungkapnya. Suami istri asal Bogor, Agus Supriyatno, 44, dan Kartika Agus Setyawati, 43, juga mengaku punya kenangan atas kesamaan nama Agus mereka. "Pernah jalan berdua waktu pacaran, ada teman istri panggil Gus. Spontan, kami berdua noleh, hehehe," terangnya. Barangkali terjebak dalam suasana seperti itu pula yang dikhawatirkan banyak Agus lain sehingga menghindar dipanggil Agus. Bayangkan, tengah membawa istri yang demam berobat ke rumah sakit, lalu tiba-tiba ada panggilan di ruang tunggu, "Pak Agus dimohon masuk, istrinya segera melahirkan." Apa tidak langsung mendelik perempuan yang tengah demam tadi? (*/c5/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: