Membangun SDM, Membangun Banyumas: Investasi untuk Masa Depan
Denisa Fadilah Aribah-Denisa Fadilah Aribah untuk Radarmas-
Penulis:
Denisa Fadilah Aribah
Mahasiswa Magister Administrasi Publik,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman
PURWOKERTO, RADARBANYUMAS.CO.ID - Pembangunan daerah di Kabupaten Banyumas saat ini menghadapi tantangan dan peluang yang signifikan. Fokus pada Pembangunan manusia menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Pembangunan manusia bukan hanya sekadar peningkatan infrastruktur, tetapi juga mencakup pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Melalui pendekatan yang terintegrasi, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera dan berdaya saing.
Dalam beberapa tahun terakhir, Kabupaten Banyumas telah menunjukkan kemajuan dalam sektor pendidikan. Namun, masih terdapat kesenjangan dalam akses pendidikan berkualitas, terutama di daerah pedesaan.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Banyumas sebesar 99,62% untuk tingkat SD, 99,16% untuk tingkat SMP, dan 72,64% untuk tingkat SMA. Data tersebut menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Program Sekolah Penggerak yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah dengan memberikan pelatihan intensif kepada guru dan memperbaiki fasilitas sekolah.
Di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, program ini telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan, dengan peningkatan nilai ujian dan partisipasi siswa. Jika Banyumas dapat mengadopsi model serupa, diharapkan angka kelulusan dan partisipasi pendidikan tinggi dapat meningkat.
Di bidang kesehatan, meskipun telah ada peningkatan dalam infrastruktur kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit, tantangan masih ada.
Ketersediaan tenaga medis yang memadai dan distribusi layanan kesehatan yang merata menjadi isu penting.
Menurut Kementerian Kesehatan 2023, rasio dokter di Indonesia adalah sekitar 1:1.000 penduduk, tetapi di daerah pedesaan seperti Banyumas, rasio ini bisa jauh lebih rendah. Hal ini berdampak pada akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang berkualitas.
Program Keluarga Berencana yang sukses di Kabupaten Bogor menunjukkan bagaimana pendekatan berbasis komunitas dapat meningkatkan kesehatan masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: