Keluarga Korban Lion Air JT610 Dapat Santunan Rp2 Miliar

Keluarga Korban Lion Air JT610 Dapat Santunan Rp2 Miliar

NEW YORK – Boeing akan membayar USD144,500 atau sekitar Rp2,06 miliar kepada setiap keluarga yang kehilangan kerabatnya, dalam peristiwa jatuhnya pesawat Boeing 737 Max di Indonesia (Lion Air JT610) dan Ethiopian Airlines ET302. Uang itu berasal dari dana bantuan keuangan sebesar 50 juta dolar AS yang diumumkan Boeing pada Juli lalu. Mereka memberikan tenggat pengajuan klaim hingga 30 November mendatang. Pembayaran klaim santunan dari Boeing bakal dilakukan oleh sebuah yayasan yang dibentuk oleh advokat asal Washington, AS, Ken Feinberg, dan Camille S. Biros. Mereka menyatakan, klaim itu akan dibayar dalam jangka sepuluh hari sejak diajukan, asal seluruh persyaratan administrasi dipenuhi. “Kami sangat berbela sungkawa terhadap keluarga korban dan mereka yang ditinggalkan yang menjadi korban,” kata Direktur Eksekutif Boeing, Dennis Muilenburg. Sementara itu, para pengacara keluarga korban yang menuntut Boeing ke pengadilan menilai, bahwa pemberian uang tersebut sebagai gembar-gembor demi pencitraan di media. “144.000 dolar AS sama sekali tidak cukup mengompensasi keluarga yang kami wakili atau keluarga lainnya. Ini bukanlah sesuatu yang akan memuaskan para keluarga. Para keluarga benar-benar menginginkan jawaban,” kata Nomaan Husain, pengacara yang mewakili 15 keluarga korban, seperti dikutip BBC, Selasa (24/9). Boeing 737 Max dilarang mengudara sejak Maret lalu, selagi para penyelidik mengevaluasi keamanan pesawat itu menyusul insiden fatal di Indonesia dan Ethiopa yang menewaskan lebih dari 340 orang. Pada Juli lalu, Boeing berikrar akan mengluarkan uang sebesar 100 juta dolar AS kepada para keluarga korban dan komunitas yang terdampak oleh peristiwa nahas tersebut. Belakangan, perusahaan itu menyatakan setengah dari 100 juta dolar AS akan dialokasikan untuk pembayaran langsung kepada keluarga. Adapun sisanya akan disalurkan pada program pendidikan dan pembangunan di komunitas terdampak. Pengacara utama dalam kasus Ethiopian Airlines 302, Robert A Clifford, mengatakan kurangnya rincian waktu dalam pengumuman awal menunjukkan Boeing berupaya mengalihkan perhatian dari pertanyaan-pertanyaan soal keselamatan. Menurut Clifford, para keluarga korban yang sebagian di antara mereka ingin ada pembangunan prasasti, terus mempertanyakan apa rencana Boeing dalam membelanjakan 50 juta dolar AS. “Salah satu hal paling mengerikan dari bencana penerbangan seperti ini adalah dalam banyak kasus keluarga tidak mendapat apa-apa,” ujarnya. Boeing menyebut pembukaan dana untuk klaim-klaim dari pihak keluarga adalah langkah penting upaya perusahaan untuk membantu keluarga korban. Kendati demikian, keikutsertaan pihak keluarga dalam pemberian dana bersifat sukarela. “Para keluarga yang mengajukan klaim tidak akan diabadikan haknya untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap Boeing,” menurut Kenneth R Feinberg selaku pengelola dana bantuan keuangan.(der/rts/fin/ACD)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: