Serbuk Kayu "Disulap" Jadi Barang Kerajinan

Serbuk Kayu

foto aSOMAGEDE-Limbah serbuk kayu yang biasanya terbuang, di tangan Doso Prio (50), warga Desa Somagede, Kecamatan Somagede, menjadi kerajinan yang memiliki daya jual. Doso mengatakan, di Kecamatan Somagede, antara lain Desa Klinting, Desa Somagede, maupun Desa Kanding, banyak perajin stik es krim. Dia merasa sayang melihat limbah serbuk kayu yang dibuang begitu saja oleh para perajin. Doso kemudian berinisiatif memanfaatkan limbah serbuk kayu untuk membuat berbagai macam kerajinan, antara lain topeng dan lukisan. "Daripada dibuang, saya beli untuk membuat kerajinan. Saya memang suka memanfaatkan limbah untuk membuat barang yang punya nilai seni," ujarnya. Dia mengaku sengaja membuat berbagai kerajinan yang ramah lingkungan. Dia membuat berbagai macam karakter topeng seperti tokoh pewayangan, punakawan, atau topeng pentul untuk keperluan kesenian kuda kepang atau ebeg. Dia mulai memanfaatkan limbah serbuk kayu untuk membuat topeng sejak dimintai pertolongan membuat topeng dengan bahan limbah untuk dikenakan penari Jawa Tengah dalam lomba tari di Jawa Timur. Sebelumnya, dia sudah memanfaatkan limbah serbuk kayu untuk membuat lukisan. Serbuk kayu direkatkan pada kain, kemudian dia lukis. Warna yang dia gunakan untuk melukispun menggunakan bahan-bahan alami ataupun barang bekas. Dia menggunakan kunyit, enjet (biasanya untuk nginang wanita lanjut usia), bahkan menggunakan limbah batu baterai. "Saya lebih suka yang alami maupun barang bekas yang tidak terpakai. Bisa irit cat juga," ujarnya. Topeng yang berasal dari limbah serbuk kayu itu dia jual dengan harga Rp 125 ribu. Sedangkan harga lukisan tertinggi yang dia jual Rp 50 juta. "Saya membuat berdasarkan pesanan. Yang beli kebanyakan sesama seniman, yang nantinya untuk dijual lagi," ungkapnya. Karena keprihatinannya terhadap lingkungan dengan banyaknya sampah plastik, dia pun membuat daun yang berasal dari tutup botol. Namun pembelinya tak sebanyak pembeli topeng atau lukisan.Menurut dia, di Banyumas apresiasi terhadap seni masih kurang. Dia berharap pemerintah lebih serius dan mendukung kegiatan ekonomi kreatif. Menurut Doso, seniman Banyumas itu banyak. Namun pemasaran kerajinan masih sulit sehingga banyak yang tidak semangat dan tidak bertahan. "Sejak krisis moneter penjualan kerajinan yang saya buat semakin sepi. Perajin yang membuat masih kalah pembeli. Sebab, mereka menjual lagi ke orang lain dengan harga yang jauh lebih tinggi," imbuhnya. (wah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: