Pasar Sangkar Burung Makin Lesu

Pasar Sangkar Burung Makin Lesu

Pasar Sangkar Burung Makin LesuDampak Jakarta Banjir dan Kalah Saing BANYUMAS-Sejumlah perajin sangkar burung di Desa Banjarsari,Kecamatan Ajibarang, mulai merasakan lesunya penjualan. Padahal usaha sangkar burung sudah dijalani puluhan tahun dan turun temurun. Salah satu penyebabnya, daerah utama pemasaran wilayah Jakarta dan skitarnya dilanda banjir beberapa hari terakhir. Selain itu, produk mereka kalah saing dengan produk serupa dari wilayah Jawa Timur. Salah satu perajin sangkar burung di Banjarsari, Eri Yulifian (34) mengatakan, sejak awal tahun 2016, omzet penjualannya mengalami penurunan karena daerah Jakarta sebagai sasaran pemasaran dilanda banjir. Akibatnya barang yang sudah diproduksi tidak bisa dijual karena terkendala akses jalan yang banjir.     "Sejak Jakarta dilanda banjir, penjualan sangkar burung Banjarsari lesu. Akses jalan menuju wilayah langganan terkpung banjir. Sehingga, barang yang seharusnya bisa sampai satu hari bisa menginap sampai tiga hari. Padahal barang datang langsung dibayar dan uangnya untuk membiayai produksi, tetapi tertunda,"jelas Eri, Kamis (18/2). Ketatnya persaingan, juga membuatnya produk Banjarsari mulai tersingkir dengan produk dari Jawa Timur. Menurutnya, barang Jawa Timur lebih halus. Selain bambu, juga terbuat dari kayu jati sebagai aksesorisnya. Akibatnya, produk Banjarsari yang monoton makin lama membuat perajin lesu. "Masalah lain yang membuat pasar sangkar burung Banjarsari lesu adalah kalah saing dengan produk dari Jawa Timur. Untuk itu, berbagai inovasi terus kami lakukan dan memasarkan ke wailayah yang belum tersentuh produk Jawa Timur,"katanya. Sebelumnya,dirinya mampu memproduksi dan menjual 80-100 unit sangkar burung per pekan atau senilai Rp 4 juta sampai Rp 5 juta. Namun, saat ini dia hanya mampu menjual 40-50 unit sepekan. Dia dan sejumlah tetangganya yang berprofesi serupa hanya bisa pasrah. Produksi sangkar burung dan omzetnya pun anjlok drastis. Bahkan, dia bisa menjual separuh sangkar burung saja setiap pekan, itu sudah terbilang ngos-ngosan. Kepala Desa Banjarsari Mukhtarom mengatakan, sebanyak 1800 perajin sangkar burung di Desa Banjarsari mengalami dampak dari persaingan dengan produk dari Jawa Timur ditambah lagi dengan dampak wilayah Jakarta banjir beberapa waktu lalu. (gus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: